
INTIMNEWS.COM, PANGKALAN BUN – Sekolah Sepak Bola (SSB) seharusnya menjadi wadah pembinaan bagi anak-anak berbakat yang ingin mengembangkan potensinya di dunia sepak bola, khususnya di Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalteng. Namun, realitas di lapangan jauh dari harapan. Banyak SSB yang dikelola ala kadarnya, tanpa sistem yang jelas, sehingga anak-anak kehilangan arah dan kesempatan untuk berkembang.
Padahal, semangat mereka begitu besar. Setiap hari, mereka berlatih dengan penuh antusiasme, bermimpi suatu saat bisa bersaing di tingkat yang lebih tinggi. Sayangnya, tanpa jenjang pembinaan yang jelas, mimpi itu hanya menjadi angan-angan.
“Tidak ada program yang berkesinambungan dari Asosiasi Sepak bola daerah, tidak ada kompetisi rutin, dan minimnya perhatian dari pihak terkait membuat masa depan mereka semakin tak menentu,” kata Yusro Arodi selaku pengamat sepakbola Pangkalan Bun, Kamis 6 Februari 2025.
Para orang tua pun mulai resah. Mereka sudah mengeluarkan biaya dan tenaga demi anak-anaknya, tetapi hasil yang diharapkan tak kunjung terlihat.
Minimnya fasilitas, kurangnya pelatih berkualitas, serta ketidakseriusan pengelola dalam membangun sistem yang baik menjadi kendala utama dalam pembinaan sepak bola usia dini.
“Jika kondisi ini terus berlanjut, bagaimana nasib generasi emas sepak bola kita?. Tanpa pembinaan yang terstruktur, talenta-talenta muda akan terbuang sia-sia. Negara lain sudah memiliki sistem akademi yang jelas, sementara kita masih berkutat dengan pengelolaan yang amburadul,” jelas Yusro.
Dibutuhkan peran serta dari semua pihak, baik pemerintah, klub profesional, maupun akademi sepak bola, untuk membenahi kondisi SSB yang ada.
“Jika tidak segera ditangani, maka kita hanya akan menjadi penonton dalam perkembangan sepak bola dunia, sementara anak-anak kita terus menjerit ingin bertanding dan menunjukkan bakatnya,” pungkasnya.
Penulis: Yusro
Editor: Andrian