INTIMNEWS.COM, PALANGKA RAYA – Usulan dari Anggota Dewan Kotawaringin Timur M. Abadi, agar mengganti pola di gerbang Sahati mendapat sorotan dari berbagai pihak, tidak terkecuali juga terjadi di media sosial Facebook.
Salah satu akun Facebook bernama Letambunan Abel pun menyampaikan dukungannya atas usulan dari Anggota Dewan tersebut. Namun di kolom komentar, terdapat komentar dari akun Facebook atas nama Sugianto Sabran yang memberikan komentar yang mengundang banyak reaksi.
“Pdahal di P Bun hampir 90 persen Dayak muslim,” tulisnya, Minggu 5 September 2021.
Tidak hanya memberi satu komentar, komentar yang lain juga menuai tanggapan dari pembaca. “Di Bundaran Pancasila P. Bun banyak pohon natal, Jd saya rasa tdk perlu di rebut kan,” tulisnya lagi.
Menanggapi hal itu, Jhoni Sanjaya Suhin selaku Ketua Cabang GMKI palangka Raya menyampaikan tanggapan atas apa yang ditulis di kolom komentar oleh akun Facebook Sugianto Sabran.
“Sebagai Gubernur Kalimantan Tengah dan pemimpin semua golongan, kami memandang pernyataan pak Gubernur Sugianto Sabran di dalam komentarnya di status facebook atas nama Letambunan Abel sangat melukai sebagian masyarakat Kalteng, secara khusus kami di Kotim,” ujar Jhoni kepada Intimnews.
Sebagai putra Kotawaringin Timur yang saat ini juga sebagai Ketua Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia Cabang Palangka Raya, ia sangat menyayangkan atas pernyataan tersebut melalui komentar. “Sangat tidak tepat sebagai Gubernur Kalimantan Tengah yang notabenenya adalah pemimpin semua golongan,” tegasnya.
Jhoni juga menanggapi soal komentar mengenai banyak pohon natal di Bundaran Pancasila Pangkalan Bun.
“Dari komentar beliau saya melihat tidak bisa membedakan antara pohon cemara dan pohon natal yang biasa dijual di toko atau mall. Pohon mangga yang di depan rumah, saat natal bisa juga saya hias dengan memasang lampu dan pernak pernik natal. Apakah akhirnya pohon mangga itu pohon natal? Mungkin iya karena waktunya saat bulan desember yaitu saat natal tapi jenis pohon dan namanya tidak berubah tetap disebut pohon mangga. Nah sejak kapan pohon cemara berubah nama jadi pohon natal,” jelasnya.
Jhoni berharap agar tidak ada pembenturan isu-isu kelompok di Kalimantan Tengah ini.
“Saya harap pak Sugianto Sabran sebagai Gubernur Kalimantan Tengah, jangan memunculkan perspektif komunalisme kelompoknya. Dan juga harus bisa membedakan antara budaya dan agama. Karena dari komentar-komentar yang saya baca dari pak gubernur adalah komentar yang berpotensi besar mengancam persatuan dan keberagaman yang ada di Provinsi Kalimantan Tengah, khususnya di kabupaten Kotawaringin Timur,” kata Jhoni.
Lanjut Jhoni, Provinsi Kalimantan Tengah seperti kita ketahui dan selalu kita gaungkan adalah merupakan bumi pancasila, tempat keberagaman suku dan budaya.