INTIMNEWS.COM, PALANGKA RAYA – Banjir di Kalimantan Tengah yang terjadi belakangan ini menjadi momok buruk bagi sebagian besar masyarakat di daerah.
Sejumlah daerah di Kalimantan Tengah yang terendam banjir seperti Lamandau, Katingan, Seruyan, Kotawaringin Timur, Gunung Mas, Murung Raya, dan Kapuas. Dengan Kabupaten Katingan dan Barito Utara memliki dampak banjir yang lebih parah dari beberapa kabupaten lainnya.
“Jika dilihat dari fenomena yang terjadi, banjir yang terjadi saat ini tidak hanya diakibatkan oleh curah hujan yang tinggi, perhatikan pula deforestasi hutan yang semakin lama semakin marak sehingga daya serap air oleh pohon sangat kecil, degradasi lingkungan menyebabkan daya dukung lingkungan berkurang,” kata Agustiandry Selaputra selaku Gubernur BEM Faperta UPR, Senin 27 September 2021.
Menurutnya, kawasan hutan dengan jutaan hektare dibuka untuk izin HPH, HTI, tambang yang dirasa sangat masif. Terutama perkebunan sawit yang semakin marak, khususnya di daerah hulu.
Hutan yang menjadi penyangga tatanan ekologis memiliki peran penting dalam menjaga serapan air, jika pembukaan lahan terus menerus dilakukan tanpa pertimbangan yang bijak, maka akan mengakibatkan bencana ekologis.
“Pemerintah daerah harus membuat kebijakan yang bijak dalam menanggapi dan menyikapi permasalahan banjir saat ini, sehingga tidak menjadi agenda tahunan, mempertimbangkan kembali langkah-langkah dan pola yang strategis dalam upaya melindungi hutan,” sambung Agust yang juga mahasiswa Kehutanan itu.
Pemerintah juga harus berani memberi evaluasi terhadap alih fungsi lahan di Kalteng. Dampak perubahan yang besar kian dirasakan menjadi refleksi bahwa kesadaran terhadap pentingnya menjaga alam dan lingkungan mulai memudar.