Oleh: Silvani Permatasari, M.Biomed
Pada akhir tahun 2019, dunia dikejutkan dengan mewabahnya pneumonia baru yang bermula dari Wuhan yang kemudian menyebar dengan cepat ke lebih dari 190 negara. Wabah ini diberi nama coronavirus disease 2019 (COVID-19) yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2). Pada 12 Maret 2020, WHO mengumumkan COVID-19 sebagai pandemik. Hingga tanggal 29 Maret 2020, terdapat 634.835 kasus dan 33.106 jumlah kematian di seluruh dunia.
Di Indonesia, temuan kasus Covid-19 pertama terkonfirmasi pada 2 Maret 2020. Pemerintah Indonesia segera menindaklanjuti SOP pandemi tersebut dengan membatasi pergerakan ke dalam dan luar negeri hingga pergerakan antar pulau dan menerapkan bekerja dari rumah (work from home) secara luas sejak 16 Maret 2020.
Sampai tanggal 19 Juni 2020 di Indonesia telah terkonfirmasi kasus positif Covid-19 sebanyak 43.803 orang dan 17.349 dinyatakan sembuh. Di Kalimantan Tengah sendiri sampai tanggal 19 Juni 2020 terkonfirmasi positif Covid-19 sebanyak 749 kasus dan sembuh sebanyak 292 kasus.
Gejala klinis utama yang muncul yaitu deman (>38 derajat celcius), batuk dan sesak napas. Menurut Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, masa inkubasi virus sampai muncul penyakit sekitar 3-7 hari.
Pada kasus COVID-19 yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian. Tanda-tanda dan gejala klinis yang dilaporkan pada sebagian besar kasus adalah demam, dengan beberapa kasus mengalami kesulitan bernapas, dan hasil rontgen menunjukkan infiltrat pneumonia luas di kedua paru. Ada 2 (dua) cara yang digunakan untuk mendeteksi orang yang terinfeksi SARS-CoV-2, yaitu melalui Reverse Transcription-Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) dan rapid test.
Pemeriksaan rapid diagnostic test (RDT) corona adalah salah satu jenis pemeriksaan untuk mendeteksi adanya infeksi virus Corona (Covid-19) dalam tubuh. Pemeriksaan ini hanya dilakukan sebagai skrining awal infeksi virus corona. Pemeriksaan ini menggunakan sampel darah untuk mendeteksi kadar Imunoglobulin G dan M dalam darah.
Pemeriksaan ini bisa dilakukan di Fasilitas kesehatan primer atau fasilitas tingkat pertama dengan biaya yang murah dan hasil dapat diperoleh dalam 15-30 menit. Uji kombinasi IgG dan IgM memiliki utilitas dan sensitivitas yang lebih baik dibanding dengan uji IgG atau IgM secara tunggal.
Pemeriksaan RT-PCR adalah pemeriksaan dengan mendeteksi genetik virus lewat RNA. Munurut WHO, deteksi ribonucleid acid/RNA virus corona baru (SARS-CoV 2) dengan metode Real Time Reverse-Transcriptase Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) dari sputum dan swab tenggorok merupakan gold-standard pemeriksaan Covid-19. Pemeriksaan dilakukan dilaboratorium biosafety level 2 dan hasil pemeriksaan cukup akurat karena melacak virus tersebut di tubuh kita hingga tingkat gen serta diperoleh dalam beberapa jam atau hari.
Sebuah penelitian terhadap 1070 spesimen yang diambil dari 205 pasien terkonfirmasi Covid-19 yang rata-rata berusia 44 tahun, memberikan hasil positif tinggi RT-PCR pada specimen cairan lavage bronchoalveoler 93%, sputum/dahak 72%, swab hidung 63%, swab faring 32% dan darah 1%.
Pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti di German Red Screening Center, bertujuan untuk mengevaluasi RDT dan pemeriksaan berbasis rantai reaksi polymerase kuantitatif (qPCR) dengan jumlah sampel 49 orang yang diambil secara random. Hasil penelitian menunjukkan dari 49 orang, 22 orang dinyatakan positif melalui test qPCR dan hanya 8 orang terdeteksi positif melalui rapid test.
Peningkatan antibody dalam darah menunjukkan hari pertama menunjukan >40% dalam 7 hari terinfeksi dan kemudian meningkat cepat menjadi 100% pada hari ke 15 setelah timbulnya gejala sehingga sudah sangat terlambat untuk mendeteksi pasien dengan COVID-19. Berdasarkan penelitian tersebut hasil sensitivitas rapid test yang hanya 36,42%.
Di Indonesia sendiri dalam pemeriksaan Covid-19 menerapkan 2 langkah skrining yaitu dengan RDT dan RT-PCR. RDT digunakan sebagai skrining awal atau deteksi dini apabila hasil reaktif dapat dilanjutkan dengan RT-PCR. Akan tetapi pemeriksaan RT-PCR sendiri membutuhkan biaya yang memang mahal.
(Penulis adalah Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Palangka Raya (FK-UPR) dan tim relawan Covid-19 RS Doris Sylvanus)