INTIMNEWS.COM – Nama Bagyo Wahyono belakangan mencuri perhatian publik. Tak pernah terdengar namanya di kancah politik nasional, ia tiba-tiba maju melalui jalur independen di Pilwalkot Solo, meski hingga saat ini belum lolos verifikasi faktual.
Pria yang berprofesi sebagai penjahit di Solo ini bakal melawan Gibran Rakabuming Raka, anak Presiden Jokowi yang diusung partai terbesar di Solo, PDIP. Gibran berpasangan dengan Teguh Prakosa.
Tak ada catatan mengenai keterlibatan Bagyo di dunia politik. Namun, ‘kariernya’ sebagai penjahit sudah cukup panjang, 30 tahun. Seperti dikutip dari Kumparan, Bagyo bercerita bagaimana ia merintis karier sebagai penjahit.
“Sejak 30 tahun lebih menekuni pekerjaan sebagai penjahit baju di rumah. Bermula dari kesukaan otak-atik baju, kebesaran dibenarkan sendiri. Otodidak jahitnya. Saya mulai bisnis sendiri, tidak mewariskan dari keluarga,” ujar Bagyo, Kamis (23/7).
Lahir dari keluarga sederhana, ayahnya seorang seniman wayang, Bagyo memulai bisnisnya dengan pinjam modal. Biaya jahit saat ia baru memulai bisnisnya adalah Rp 15 ribu per baju. Saat itu, ia pun belum punya mesin jahit. Hanya pinjam satu unit mesin jhit ke koleganya.
“Lalu nabung bisa beli sendiri. Saya juga mengajar sekolah tata busana di rumah dan mendatangi rumah warga, semacam les privat. Keliling dengan siswa 7-10 orang setiap ngajar,” kenang Bagyo.
Lambat laun bisnisnya mulai tumbuh. Tapi tak selalu mulus. Ada kalanya Bagyo kesulitan membayar pegawainya. “Setiap hari Sabtu karyawan gajian. Tapi uang dari konsumen belum dibayar, terpaksa menalangi uang dulu,” ujar dia.
Berbagai kesulitan dihadapi dengan tenang. Bagyo mengaku hanya modal nekad dalam menjalankan bisnisnya. Sebelum pandemi corona, Bagyo memiliki 60 karyawan. Unit usaha yang dinamakan Solo Bagyo Fashion ini memiliki spesialisasi baju pengantin.
Pesanan banyak datang dari kalangan artis, seniman, hingga kepala daerah di Jawa Tengah. Bagyo terjun langsung membuat desain hingga menjahit. Harga baju hasil jahitan Bagyo pun beragam.
“Untuk baju pengantin mewah Rp 7,5 juta hingga Rp 50 juta. Untuk yang biasa, orang lokal Rp 3 juta- Rp 5 juta,” ujar dia.
Kini saat pandemi corona melanda Indonesia, Bagyo juga ikut terdampak. Ia mengaku harus merumahkan karyawannya. Kini jumlah karyawan Bagyo hanya tinggal belasan. Di masa pandemi, orderan Bagyo merosot.
Tapi, ada hikmah lain, ia bisa fokus mempersiapkan diri maju melalui jalur independen, salah satunya menggalang dan mengumpulkan KTP.
“Tiarap dulu usahanya. Fokus politik dengan mengalang dana karena ada semangat dari anggota ormas yang mendukung saya bahwa saya berpeluang lolos verifikasi faktual,” kata dia.
Mengenai kans menang di Pilwalkot Solo, Bagyo mengatakan itu adalah urusan Tuhan. Yang terpenting, ia tak takut melawan Gibran, sang anak Presiden Jokowi. Seperti saat memulai kariernya, modal utamanya hanya satu: nekat.
“Sejak awal bangun bisnis modal nekat, seperti maju cawali independen ini,” tutup Bagyo.(int)