INTIMNEWS.COM, SAMPIT – Pembangunan rumah ibadah di Kota Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) terhambat selama kurang lebih dua bulan. Ini disebabkan penghentian aktivitas galian C di Kota Sampit.
Ustadz H Sarifuddin Al Banjari, Ketua Takmir Masjid Nur Qolbu Sampit mengatakan, saat ini masjid yang tengah melanjutkan pembangunan itu kesulitan untuk melakukan pengecoran. Pasalnya, pihaknya kesulitan mendapatkan material galian seperti pasir.
“Jujur saat ini kami kesulitan untuk melakukan pengecoran karena pasir kosong, tanah pun yang saat ini kami perlukan kosong,” ungkapnya, Kamis 30 Maret 20203.
Dia berharap, Pemerintah Kabupaten Kotim bisa ntuk memberikan solusi atas permasalahan tersebut agar pembangunan rumah ibadah dapat terus berjalan tanpa hambatan.
“Sampai saat ini belum ada solusi. Semoga Pemkab Kotim bisa memberikan solusi untuk kami, sehingga pembangunan masjid ini tidak terganggu. Sementara ini belum ada yang bisa kami cor, maka saat ini para tukang merakit besi saja dulu,” bebernya.
Tidak hanya pembangunan rumah ibadah yang terhambat, pembangunan rumah warga pun menjadi tersendet akibat penghentian itu.
Abdul, salah seorang warga Sampit misalnya. Dia mengaku sedang membangun rumah, namum harus terhambat akibat tidak adanya material galian di pasaran.
“Sudah berbulan-bulan membangun rumah molor terus targetnya karena pasir dan tanah susah didapat. Harganya juga naik dua kali lipat, yang menjual hanya ada satu tempat pasir darat yang kabarnya punya izin,” bebernya.
Diketahui saat ini Pasir sungai Rp1,5 juta, pasir biasa Rp1,3 juta. Tanah urug Rp 475 ribu hingga Rp 500 ribu per ret.
Saat ini operasional galian C di Kota Sampit yang terletak di Jalan Jenderal Sudirman memang tengah dihentikan aktivitasnya oleh pemerintah kabupaten karena dianggap belum memenuhi syarat dan ketentuan sesuai aturan yang berlaku. (**)
Editor: Irga Fachreza