INTIMNEWS.COM, PANGKALAN BUN – Sebagian besar nelayan tradisional di Kecamatan Kumai Kabupaten Kotawaringin Barat mengeluh karena sulit mendapat bahan bakar solar. Jika pun ada, mereka harus membeli dengan harga lebih tinggi.
“Kalau Solar saat ini susah kali didapat. Kadang dua hari ke laut, lima hari kita nggak melaut karena tergantung minyak juga,” kata salah seorang nelayan, Marzuki kepada media, Kamis, (8/9/2022).
Ia mengeluh dengan kondisi langka dan tingginya harga bahan bakar minyak (BBM) jenis solar yang mencapai Rp15.000 per liter di pengecer.
Marzuki mengatakan, selain harganya yang tinggi di tingkat pengecer, solar bersubsidi juga sulit didapatkan, sehingga ia sudah hampir sepekan tidak melaut.
“Sekali berangkat ke tengah laut mencari ikan, memerlukan sedikitnya lima drum dengan masing-masing drum isi 200 liter solar, dan itu untuk kebutuhan satu minggu di laut,” ujarnya.
Dikatakan Marzuki, solar di daerahnya sulit didapat terpaksa membeli di pengecer dengan harga yang tinggi, dan itu sudah terjadi dua bukan terakhir.
“Sebelum harga solar naik beberapa hari lalu, kami disini sudah baik lebih dulu berkali lipat dari harga normal solar bersubsidi, ” ujarnya.
Bahkan dikatakannya, biaya bahan bakar tersebut tak sebanding dengan perolehan hasil tangkap ikan yang tak menentu belakangan ini. Namun terpaksa tetap melaut hanya demi mencukupi kebutuhan makan keluarga.
“Walau ada koperasi yang harga lebih murah yakni Rp7 ribu, tapi itu pun di batasi, setiap kapal hanya boleh membeli maksimal 10 liter solar, ” ujarnya.
Ia pun berharap, adanya perhatian dari pemerintah daerah dalam memudahkan dan juga nelayan lainnya dalam mendapatkan solar bersubsidi dan dengan harga yang layak.
Penulis: Yusro
Editor: Andrian