INTIMNEWS.COM, PANGKALAN BUN – Anggota Komisi VII DPR RI Mukhtarudin menilai berlanjutnya surplus neraca perdagangan Indonesia akan terus mendorong kenaikan cadangan devisa, sekaligus meningkatkan kapasitas dan ketahanan sektor eksternal Indonesia.
Hal itu disampaikan Mukhtarudin menanggapi Menteri Perekonomian Airlangga Hartarto yang mengatakan bahwa kinerja neraca perdagangan yang kembali mencatatkan nilai surplus US$2,9 Miliar.
“Kita harus bersyukur ya, karena surplus neraca perdagangan kita ini untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional,” tutur Mukhtarudin, Kamis, (16/6/2022).
Politisi Golkar Dapil Kalteng ini bilang, bila dilihat menurut mitra dagang, negara penyumbang surplus terbesar adalah India, Amerika Serikat, dan Filipina.
Neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus US$ 1,5 miliar dengan India pada Mei 2022. Nilai ekspor mencapai US$ 2,2 miliar, sedangkan impor sebesar US$ 663,2 juta.
Untuk itu, Mukhtarudin berharap solidnya performa surplus Indonesia pada Mei 2022 tersebut ditopang oleh kinerja ekspor yang terus menguat di dalam negeri.
“Saya berharap ekspor Indonesia tidak lagi berasal dari komoditas hulu, namun mengandalkan komoditas hilir yang memiliki nilai tambah tinggi,” tutur Mukhtarudin.
Untuk diketahui, Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan berlanjutnya surplus neraca dagang Indonesia pada Mei 2022 menjadi modal dan amunisi yang ampuh dalam menopang ketahanan sektor eksternal di tengah pemulihan ekonomi yang masih berlangsung.
Adapun neraca dagang pada bulan lalu berhasil mencetak surplus 2,89 miliar dolar AS dan menjadikan tren surplus selama 25 bulan secara berturut-turut sejak Mei 2020.
“Sebagai salah satu langkah mempertahankan surplus neraca perdagangan, pemerintah terus berupaya mendorong ekspansi pasar ekspor ke berbagai negara,” tandas Airlangga, Rabu, (15/6).
Pada Mei 2022, Airlangga menyebutkan negara tujuan ekspor Indonesia yang terbesar adalah Tiongkok dengan nilai 4,59 miliar dolar AS atau 22,95 persen dari total ekspor, diikuti India sebesar 2,26 miliar dolar AS (11,27 persen) dan Amerika Serikat sebesar 2,05 miliar dolar AS (10,26 persen).
“Jalinan kerja sama bilateral maupun multilateral akan terus diperkuat pemerintah untuk memperluas akses pasar berbagai produk berkualitas hasil karya anak negeri, termasuk Forum G20 dan berbagai forum kerja sama internasional lainnya akan menjadi media yang terus dioptimalkan untuk mencapai tujuan tersebut,” ujarnya.
Surplus neraca perdagangan yang terus terjaga, kata dia, tentunya didukung kinerja ekspor yang semakin tangguh. Pada Mei 2022, nilai ekspor Indonesia mencapai 21,51 miliar dolar AS atau tumbuh dua digit yakni sebesar 27 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy)
Bahkan, nilai ekspor Indonesia secara kumulatif selama periode Januari hingga Mei 2022 telah mencapai 114,97 miliar dolar AS atau tumbuh signifikan sebesar 36,34 persen (cumulative-to-cumulative/ctc)
Di samping itu, struktur ekspor Indonesia yang didominasi oleh sektor industri sebesar 65,73 persen juga mengindikasikan prospek yang sehat pada kinerja perdagangan ke depan dengan nilai tambah tinggi.
“Untuk memacu nilai tambah ekspor, akselerasi program hilirisasi komoditas unggulan akan terus dipercepat. Program ini nantinya tidak hanya akan mendorong output nasional namun juga akan menyerap tenaga kerja sebesar-besarnya,” tutur Airlangga.
Ia menambahkan, impor Mei 2022 tercatat sebesar 18,61 miliar dolar AS atau berhasil tumbuh 30,74 persen (yoy).
Mencermati dinamika global yang masih akan penuh tantangan di masa depan, bersinergi dengan Bank Indonesia (BI), pemerintah akan mengoptimalkan pemanfaatan kerja sama mata uang lokal Local Currency Settlement (LCS) sebagai bagian dari upaya mitigasi risiko eksternal.
Untuk merealisasikan upaya tersebut, pada Rabu ini BI bersama Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan, KADIN, APINDO, dan Asosiasi Bank AC.
Penulis: Yusro
Editor: Andrian