INTIMNEWS.COM, PANGKALAN BUN – Banjir yang sudah sepekan lebih melanda mayoritas wilayah Kalimantan Tengah (Kalteng) makin hari semakin dalam dan kian mengkhawatirkan.
Air terus menggenangi permukiman warga hingga badan jalan melebihi mata kaki orang dewasa. Ribuan rumah di lima kabupaten Kalimantan Tengah terendam.
Bahkan beberapa hari yang lalu, serbuan air juga merenggut nyawa seorang warga Pangkalan Bun, Kabupaten Kotawaringin Barat, akibat tersengat aliran listrik.
Anggota DPR RI asal Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, Mukhtarudin, melihat sudah saatnya pemerintah pusat turun tangan.
“Sebab, kemampuan daerah terutama dalam hal penganggaran terbatas,” ujar Bung Mukhtarudin, sebutan Mukhtarudin.
Sejumlah rumah terendam imbas dari serbuan air bang yang menerjang mayoritas wilayah Kalteng.
Pemprov Kalteng sudah menetapkan status tanggap darurat. Kotawaringin Barat, Lamandau, Sukamara, Kotawaringin Timur, dan Seruyan menjadi lima kabupaten paling terdampak banjir.
Dari laporan yang diterima Bung Mukhtarudin, sudah ribuan rumah warga terdampak serbuan air. Imbas banjir, aliran air bersih turut tersendat.
“Kondisi demikian memaksa sebagian warga mengungsi,” kata Bung Mukhtarudin.
Pemerintah daerah dibantu relawan dan berbagai lapisan unsur masyarakat maupun pengusaha gotong royong membuat posko.
Tak cuma kerugian materil, banjir turut merenggut nyawa seorang warga bernama Syalianur. Pemuda satu ini tewas tersengat listrik saat air yang menerjang kawasan permukiman di Mendawai, Kotawaringin Barat, pada Sabtu (22/10).
Prajurit TNI-POLRI, Warga, BPBD, Satpol PP dan Damkar turun dan membantu evakuasi warga terdampak banjir Kalteng.
Mereka bahu membahu membantu evakuasi warga terdampak banjir Kalteng.
“Banjir tahun ini lebih dahsyat dari tahun lalu, tapi saya belum satupun melihat perwakilan dari pemerintah pusat turun ke lapangan,” ujarnya.
Lepas dari penanggulangan jangka pendek, Mukhtarudin melihat pemerintah juga perlu membuat kebijakan yang komprehensif.
Terlepas dari fenomena La Nina, Bung Mukhtarudin sepakat banjir tahun ini tak lepas dari tak seimbangnya lagi ekosistem alam.
Utamanya, kerusakan pada daerah penyangga yang menjadi resapan air. Ditambah, pendangkalan sungai, pembukaan lahan untuk pertambangan, dan pembangunan yang tak berwawasan lingkungan.
“Selain intensitas hujan, persoalan lainnya adalah persoalan daya tampung air. Pemerintah harus serius memperbaiki ini semua,” pungkas Bung Mukhtarudin.
Penulis: Yusro
Editor: Andrian