Oleh :
Nama : Muhammad Rafi Wisnu Pratama
NIM : 202010360311010
Semester 2
Mahasiswa Hubungan Internasional, Universitas Muhammadiyah Malang
Dunia sudah menghadapi banyak sekali konflik dan peperangan, perjalanan sejarah umat manusia yang berliku membuatnya tak asing dengan riak–riak kecil perseteruan sampai pertumpahan darah besar-besaran.
Nafsu untuk menguasai dan memerintah, membuat manusia gelap mata dan pada perjalanannya kerap kali melanggar norma dan berbuat sesuatu yang diluar nalar. Tak terkecuali kasus yang pada saat ini sedang berlangsung dan sebenarnya sudah lama terjadi, pendudukan Israel atas Palestina.
Penjajahan Israel bermula pasca Perang Dunia 1, dimana pada masa itu, tepatnya tahun 1917, sebagai salah satu pemenang Perang Dunia, Inggris memiliki kuasa atas beberapa wilayah di dunia dan salah satunya adalah Palestina. Pada tahun ini keluarlah deklarasi yang terkenal yang kelak menjadi salah satu basis dalil pihak Israel dalam menganeksasi Palestina , yaitu Deklarasi Balfour.
Deklarasi ini secara garis besarnya menjanjikan kepada pihak Yahudi dan Arab bahwa kelak Inggris akan mendirikan tanah air bagi masing-masing kelompok. Dengan dalih Deklarasi Balfour ini, Israel dengan sokongan pihak barat di belakangnya dengan perlahan namun pasti mencaplok sedikit demi sedikit wilayah Palestina hingga terjadilah perlawanan-perlawanan dari bangsa Palestina itu sendiri dan juga bangsa Arab secara kolektif. Sebut saja Perang Yom Kippur, Perang 6 Hari, Gerakan Intifada, dan masih banyak lagi.
Jika tadi kita membahas mengenai dasar pembentukan negara Israel dari perspektif politis, maka perlu diketahui juga, Israel dengan Yahudi sebagai mayoritas disana menganeksasi Palestina juga didorong oleh doktrin agamanya yang mengatakan tanah Palestina sebenarnya adalah tanah yang dijanjikan tuhan untuk bangsa Israel. Doktrin ini dipertajam dengan di dirikannya organisasi Zionisme Internasional pada tahun 1776 di New York, Amerika Serikat.
Pembentukan organisasi ini berarti Zionisme dalam historis-ideologis telah berubah haluan kepada makna politis, yaitu “sebuah gerakan kembalinya diaspora kaum Yahudi yang tersebar di seluruh dunia untuk kembali bersatu menjadi sebuah bangsa dengan Palestina sebagai tanah air bangsa Yahudi, dengan Yerusalem sebagai ibukota negaranya” atas berbagai klaim inilah Israel berani mencaplok tanah Palestina.
Dan Palestina sendiri bukannya tanpa dasar, mereka memiliki argumen serupa dengan Israel dalam mempertahankan wilayahnya. Palestina pada perkembangannya sering sekali di kuasai oleh berbagai kelompok, mulai dari Turki Seljuk, Romawi , Persia, Tentara Salib sampai Mesir. Dan pada 1517-1917, Palestina berada dibawah kekuasaan Kekaisaran Turki Ottoman.
Dari sudut pandang agama, Palestina juga tinggal lama disana karena sejarah panjang perjalanan agama Islam tidak bisa dilepaskan dari Palestina, yang mana Masjid Al-Aqsa menjadi salah satu faktor kunci mengapa umat Islam disana mati-matian membela Palestina. Karena, sebelum Masjidil Haram menjadi kiblat bagi seluruh umat islam, kiblat pertama Islam adalah Masjid Al-Aqsa.
Selain itu, dalam Islam sendiri diyakini bahwa Sang Penyelamat yaitu Nabi Isa AS akan turun di Yerusalem.
Dari sini kita bisa lihat sebenarnya konflik di Palestina ini tidak terjadi dalam 10-20 tahun terakhir, namun sudah berlangsung lama, ratusan tahun dan belum terselesaikan hingga saat ini. Banyak pihak menarasikan konflik antara Palestina dan Israel ini dengan berbagai narasi.
Ada yang mengatakan bahwa ini murni konflik wilayah, ada yang menyuarakan bahwa ini konflik agama, dan ada pula yang berpendapat ini merupakan kombinasi keduanya. Sebenarnya, semua pendapat diatas tidaklah salah. Dan memang akar konflik antara kedua negara ini sangat kompleks dan rasanya tidak adil dan tidak obyektif jika kita memandang bahwa kasus ini hanya dari sisi politis maupun agama saja.
Israel dalam perkembangannya menjajah Palestina bersinggungan tidak hanya dengan Palestina, namun juga berbagai bangsa Arab disekitarnya seperti Mesir, Lebanon, Suriah dan lain-lain. Yang mana wilayahnya dicaplok oleh Israel atau Israel berkeinginan melakukan agresi militer seperti yang terjadi pada Lebanon pada medio-70an. Bengis dan liciknya cara bermain Israel dan juga sokongan barat khususnya AS dibelakangnya membuat ia leluasa dalam memperluas wilayahnya, saat ini wilayah Palestina sendiri tersisa di Gaza dan juga Bagian Timur yang itu pun masih berusaha dikuasai Israel dengan membangun berbagai pemukiman disana.
Saya melihat adanya mispersepsi dalam masyarakat yang masih mengatakan bahwa konflik ini murni konflik wilayah atau politis. Mereka menyangka bahwa keinginan Israel hanya ingin menguasai dan kembali ketempat yang mereka anggap asal mereka. Masyarakat kurang memahami bagaimana doktrin agama menjadi salah satu pendorong yang kuat bagi bangsa Yahudi dalam menganeksasi Palestina, dan hal ini diperparah oleh media yang memandang konflik ini tidak melalui kacamata yang lebih lebar.
Padahal, jika media secara komprehensif mengabarkan dan mewartakan perihal konflik Palestina-Israel ini sebenarnya masyarakat bisa memahami bahwa konflik lebih dari sekedar konflik politis semata. Khususnya umat Islam, saya masih banyak menemukan orang Islam yang mengatakan bahwa konflik Palestina- Israel ini bukan konflik agama, melainkan hanya krisis humanitarian, pelanggaran HAM berat dan lain lain.
Benar Israel melakukan itu semua, namun jika memang benar ia seorang muslim, seharusnya ia mengerti seberapa sakral Yerusalem bagi umat Islam, dengan Al-Aqsa didalamnya dan peristiwa Akhir Zaman kelak yang mana Nabi Muhammad SAW dalam hadistnya yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim berkata bahwa : “Mu’awiyah bin Abi Sufyan berkata, “Saya mendengar Rasulullah bersabda: “Akan senantiasa ada sekelompok umatku yang menegakkan agama Allah, orang-orang yang memusuhi mereka maupun tidak mau mendukung mereka sama sekali tidak akan mampu menimpakan bahaya terhadap mereka.
Demikianlah keadaannya sampai akhirnya datang urusan Allah.” Malik bin Yakhamir menyahut: “Mu’adz bin Jabal mengatakan bahwa mereka berada di Syam.” Mu’awiyah berkata, “Lihatlah, ini Malik menyebutkan bahwa ia telah mendengar Mu’adz bin Jabal mengatakan bahwa kelompok tersebut berada di Syam.” (HR. Bukhari: Kitabul Manaqib no. 3369 dan Muslim: dalam Kitabul Imarah no. 3548). Dan yang dimaksud negeri Syam dalam hadits di atas adalah Palestina. Hal ini sejalan dengan yang disebutkan oleh Abu Umamah, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Akan senantiasa ada sekelompok umatku yang berada di atas kebenaran, mengalahkan musuh-musuhnya, dan orang-orang yang memusuhi mereka tidak akan mampu menimpakan bahaya terhadap mereka kecuali sedikit musibah semata. Demikianlah keadaannya sampai akhirnya datang urusan Allah.” “Wahai Rasulullah, di manakah kelompok tersebut?” tanya para sahabat. “Mereka berada di Baitul Maqdis dan serambi Baitul Maqdis.”
Dari hadist ini sudah gamblang dijelaskan bahwa Palestina sudah dan akan selalu menjadi tempat suci umat Islam selain Makkah dan Madinah yang harus selalu dibela, namun banyak yang berdalih memandang ini bukan konflik agama karena informasi yang keliru dan pemahaman yang kurang tepat. Menurut saya, dizaman ini yang mana banyak ulama mengatakan bahwa ini adalah zaman fitnah, mudah menerima kenyataan bahwa banyak umat Islam yang salah kaprah dalam hal beragama.
Dan sudah menjadi tanggung jawab bersama bagi kita dalam meluruskan kembali pemahaman yang tadi sudah kadung keliru. Media sebagai corong informasi masyarakat juga harus melihat masalah ini lebih luas, sampaikan bagaimana dari awal hingga konflik hari ini berlangsung agar masyarakat juga bisa mengetahui hal yang terjadi sebenarnya seperti apa. Dan saya juga masih membaca orang yang membela Israel karena mereka itu mempertahankan diri dari serangan kaum mujahidin Palestina.
Padahal kalau kita melihat dan menelaah masalah ini dengan perspektif yang lebih luas sesungguhnya ini hanya permainan dari Israel yang memposisikan mereka sebagai korban (Playing Victim). Kita menyaksikan bagaimana Israel membunuh secara membabi buta bangsa Palestina tanpa mengenal umur, jenis kelamin dan agama, bagaimana mereka menteror anak-anak Palestina hingga mereka kehilangan masa depannya, bagaimana mereka membalas lemparan batu dengan terjangan rudal yang tak ada habisnya pada rakyat Palestina.
Dan seharusnya hal-hal seperti ini sudah cukup untuk membuka mata orang-orang yang masih membela Israel dan terlepas ia muslim maupun non muslim, jika ia memiliki hati nurani maka sudah jelas akan berpihak kemana. Karena sesungguhnya tidak perlu menjadi muslim untuk membela Palestina.