INTIMNEWS.COM, JAKARTA – Berbekal ilmu kedokteran emergensi dari Harbor UCLA Medical
Center Amerika Serikat, Debryna Dewi Lumanauw menjadi perempuan pertama yang membenamkan diri dalam jajaran dokter relawan di Rumah Sakit Darurat Penanganan Covid-19 Wisma Atlet Kemayoran.
Debryna tak kenal lelah menangani pasien Covid-19 dalam kondisi darurat sejak pandemi merebak di Indonesia, awal tahun 2020 lalu.
Selain berada di daerah berbahaya karena risiko penularan yang tinggi, para relawan dan tenaga medis ini pun harus rela jarang pulang untuk bertemu dengan keluarga.
Meski pernah dihinggapi rasa takut, Debryna, yang tercatat sebagai tenaga medis di Badan SAR Nasional sejak tahun 2018 ini mengaku rasa kemanusiaan menguatkan dirinya untuk tetap berjuang di garda terdepan menangani pasien Covid-19. Bahkan kekuatan juga hadir dari semangat dari pasien yang dirawatnya.
Debryna telah banyak belajar di kedokteran emergensi, khususnya untuk bencana alam. Ia pun sudah dibekali dengan banyak ilmu, termasuk dari Basarnas.
Ia mengakui, saat turun ke lapangan untuk mengaplikasikan ilmu tersebut rasanya jauh lebih siap, dibandingkan saat pandemi yang tidak terlihat oleh mata. “Bencana yang kita rasakan aman- aman aja, tapi tiba- tiba semua orang jatuh,” ceritanya.
Dorongan rasa kemanusiaan yang menguatkan Debryna saat ia memutuskan mengambil resiko, menjadi relawan tim dokter, merawat pasien Covid-19.
“Mungkin apa yang saya rasakan selama 1,5 tahun di pandemi itu yang menjadi lebih penting dalam hidup,” kata Debryna dalam acara Webinar Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) dengan tema “Solidaritas Tanpa Batas” pada Kamis 19 Agustus 2021.
Selain itu, semangat para pasien untuk sembuh pun menjadi kekuatan Debryna untuk melayani para pasien.
“Ini pertama kalinya saya melihat pasien semangat untuk sembuh biasanya saya bekerja di rumah sakit dan di klinik- klinik di daerah itu ya ada yang semangat ada yang marah- marah. Ada yang nggak terlalu semangat, yang harus saya semangatin, kalau di sini rata rata mereka lebih semangat dari saya,” ujar Debryna.
Ia menyatakan hal yang berkesan saat menjadi relawan adalah kekompakan sesama relawan. Relawan yang berasal dari berbagai profesi sangat kompak memiliki satu tujuan bersama- sama menangani pasien di Wisma Atlet.
Meski sudah tidak lagi bergabung di Wisma Atlet Jakarta, Debryna masih memegang teguh prinsip hidupnya yakni berani melangkah dan terus mengabdikan diri bagi orang lain.
Ia mengaku sedang berada di Flores yang juga terkait dengan kerelawanan untuk penanganan Covid-19.
Debryna berharap pemerintah bisa terus menguatkan dan meningkatkan upaya menangani COVID-19 di seluruh wilayah di tanah air. Termasuk memperhatikan soal pasokan alat medis dan biaya tes Polymerase Chain Reaction (PCR), khususnya di daerah- daerah termasuk di Nusa Tenggara Timur (NTT), Papua dan wiayah lainnya.
Penurunan harga Polymerase Chain Reaction (PCR) menjadi Rp495.000 untuk wilayah Jawa-Bali, dan Rp 525.000 untuk luar Jawa-Bali telah berlaku mulai Selasa (17/8/2021). Hasil tesnya pun harus dapat dikeluarkan dalam durasi maksimal 1×24 jam.
Penurunan harga tes PCR ini dilakukan untuk memperbanyak jumlah dan mendorong pelaksanaan testing sesuai arahan Presiden. Pengurangan harga ini mencapai 45 persen dari batas harga tertinggi sebelumnya.
Hasil pemeriksaan juga bisa didapatkan masyarakat dengan lebih cepat, sehingga kasus konfirmasi segera bisa ditindaklanjuti.
Kegiatan FMB9 juga bisa diikuti secara langsung di www.fmb9.go.id, FMB9ID_ (Twitter), FMB9.ID (Instagram), FMB9.ID (Facebook), dan FMB9ID_IKP (Youtube).