
INTIMNEWS, PALANGKA RAYA – Aksi unjuk rasa jilid III yang dilakukan Gerakan Rakyat Merdeka (GERAM) terkait evaluasi kinerja Gubernur dan Wakil Gubernur Kalimantan Tengah, Seni (14/11) kemarin berakhir ricuh.
Insiden itu bermula pada tangga 14 November 2022, massa aksi berkumpul di depan kantor gubernur pada pukul 14.00 WIB, aksi ini adalah aksi damai yang dilakukan dengan konsisten oleh massa aksi. Aksi diawali dengan orasi dari beberapa perwakilan mahasiswa dan masyarakat, selanjutnya massa aksi meminta agar gubernur Kalimantan Tengah menemui massa aksi namun, sampai dengan pukul 15.00 WIB bapak Gubernur tidak kunjung menemui massa aksi.
Negosiasi sudah dilakukan dengan baik langsung dengan Kapolres Palangka Raya, namun Kalpolres juga tidak bisa memastikan dan menjamin agar Gubernur keluar. Akhirnya massa sabar menunggu beberapa menit dan tidak ada kepastian dari Gubernur.
Pukul 15.30 massa aksi bergeser ke pintu masuk kantor gubernur bertujuan untuk masuk ke kantor gubernur. Namun, setelah massa aksi bergeser ke pintu masuk kantor Gubernur aparat keamanan justru menutup pintu dengan pagar besi yang mengakibatkan saling dorong antara massa aksi dan petugas keamanan.
Pukul 16.00 massa aksi dihadiri oleh juru bicara gubernur dan melakukan loby dengan kesepakatan gubernur akan menemui massa aksi. Massa aksi memberikan kesempatan waktu 10 menit agar Gubernur Kalimantan Tengah dapat menemui massa aksi. Namun setelah ditunggu Gubernur Kalimantan Tengah masih tidak kunjung menemui massa aksi.
Pada pukul 16.30 gerbang dibuka dan pihak PEMPROV meminta waktu lagi agar dapat menghadirkan gubernur di kerumunan maksa aksi hingga pukul 16.50 massa aksi menunggu kembali karena janjinya dari pihak Pemprov dapat menghadirkan gubernur di tengah tengah massa aksi.
Pada pukul 17.00 WIB massa aksi yang sudah menunggu lama kehadiran gubernur merasa kecewa karena berulang kali merasa dibohongi. Oleh karna itu massa aksi mencoba untuk menurunkan bendera merah putih setengah tiang sebagai bentuk kekecewaan atas tindakan Gubernur Kalimantan Tengah yang tidak kunjung menemui massa aksi.
Pada pukul 17.15 massa aksi yang mencoba untuk menurunkan bendera setengah tiang namun tetap dihalang petugas keamanan. Petugas keamanan yang mencoba menghalang massa aksi justru melakukan tindakan represif terhadap massa aksi bahkan sampai melakukan pemukulan terhadap massa aksi yang berkumpul di depan tiang bendera kantor gubernur.
Sekitar pukul 17.30 personel Satpol PP mengerumuni mahasiswa yang berkumpul di depan tiang bendera dan melakukan pemukulan secara brutal terhadap massa aksi. Tindakan represif itu berupa pemukulan ditendang dan diinjak-injak. Dari tindakan represif itu mengakibatkan tiga orang mahasiswa dilarikan ke rumah sakit karena mengalami luka sobek di pipi dan di dada.
Pukul 17.45 melihat tindakan yang semakin brutal dilakukan personil keamanan maka massa aksi memutuskan untuk mundur dan membubarkan diri karena dari awal aksi ini adalah aksi damai yang tidak menginginkan adanya kericuhan. Terhadap peristiwa anarkis dari aparat keamanan ini massa aksi sangat kecewa dan menyayangkan atas apa yang terjadi karena seyogyanya petugas keamanan bertugas mengamankan agar aksi bisa kondusif namun yang terjadi adalah tindakan pemukulan secara brutal terhadap massa aksi. (**)
Editor: Irga Fachreza