INTIMNEWS.COM, SAMPIT – Dr. Kamaruzzaman Bustaman Ahmad menggelar tour bersepeda motor keliling nusantara dengan mengampanyekan program Indonesia Harmoni ke seluruh nusantara. Keberangkatan dosen mengelilingi Indonesia tersebut dilepas Prof Yusni Sabi, mantan Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Aceh di Banda Aceh.
Saat dibincangi oleh beritasampit saat singgah di Kota Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kamaruzzaman Bustaman Ahmad mengatakan Indonesia Harmoni merupakan program Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Program itu merupakan upaya mencegah terorisme, antitoleransi, dan lainnya.
“Selain mengampanyekan Indonesia Harmoni, kami juga ingin bersilaturahmi serta mengenal dan mempelajari keberagaman budaya nusantara. Kami juga akan mengenalkan Aceh kepada masyarakat Indonesia, itu juga yang sedang kami lakukan di Kota Sampit ini” kata Kamaruzzaman Bustaman Ahmad, Rabu 18 Agustus 2021.
Tour mengusung misi perdamaian itu direncanakan akan berlangsung selama tiga bulan dengan menggunakan sepeda motor kapasitas 250 cc. “Tour ini diawali karena hobi jalan-jalan bersepeda motor saja,” singkatnya.
Hal yang mengejutkan wartawan beritsampit adalah ketika Kamaruzzaman menyebutkan bahwa dalam perjalanan Indonesia Harmoni kali ini ia turut serta mengajak sang istri Fitri Zulfidar. Sang istri ikut terlibat dalam tour kali ini karena mereka ingin bersama-sama berkontribusi menyukseskan program Indonesia Harmoni yang merupakan upaya mencegah intoleran, radikal, dan terorisme.
“Dalam tour kali ini istri bertugas mengurus akomodasi, konsumsi, dan komunikasi selama perjalanan. Saya hanya fokus mengendarai sepeda motor. Kami hanya berjalan di siang hari, sedangkan malam hari beristirahat,” ungkapnya.
“Saya dan istri ini hobi jalan-jalan jauh, dulu saat tinggal di Thailand sering touring. Karena ada hobi dan kesukaan yang sama jadi kami bismillah saja, jadi istri enteng-entang aja ikut suami melakukan perjalanan jauh,” imbuhnya.
Dalam perjalanan kali ini, Kamaruzzaman yang merupakan dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Ar Raniry, Banda Aceh, sekaligus peneliti antropologi dan sosiologi. Kamaruzzaman dan juga Ketua FKPT Aceh itu meninggalkan lima orang anak di Banda Aceh.
”Kalau berbicara mengenai tangapan anak-anak mereka dukung saja dengan apa yang dilakukan oleh orangtuanya, karena dari jauh-jauh hari kami sering memberikan sosialisasi dan pemahaman kepada anak-anak seluas mana sebenarnya Indonesia ini,” ujarnya.
Pada zaman tekhnologi yang serba jangih ini, anak-anak muda terkadang antipati terhadap isu-isu radikalisme. Maka dari itu dirinya meminta para orang tua agar bisa mengawal keseharian anak-anak dalam menggunakan gidzet atau media sosial, karena study sekarang banyak anak-anak muda remaja yang terpapar radikalisme bahkan bisa menjadi aksi terorisme karena mereka tidak bisa mampu lagi memilah dan memilih mana informasi yang benar dan kurang benar, mana informasi yang membuat dia ramah. Maka dari itu orang tua harus berperan serta.
”Logika kita sekarang, kalau anak ngak keluar kamar kita malah curiga, kalau dulu anak nggak keluar kamar bagus. Kalau sekarang anak nggak keluar kamar kita malah berpikiran aneh-aneh,” pesan Kamaruzzaman.
Ditambahkan bapak lima orang anak ini, dalam perjalanan Indonesia Harmoni kali ini mereka menargetkan akan diselesaikan selama tiga bulan, 45 hari pergi, 45 hari pulang. (ibrahim).