INTIMNEWS.COM, MELAWI – Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Majelis Adat Budaya Melayu (MABM) Kalimantan Barat, Chairil Effendy mengukuhkan pengurus MABM Melawi periode 2022-2027 yang diketuai oleh Ritaudin.
Kegiatan yang berlangsung di Pendopo Rumah Jabatan Bupati Melawi, Senin 12 Juni 2023 tersebut dihadiri Bupati Melawi, Dadi Sunarya Usfa Yursa yang juga menjadi sebagai Dewan Pembina MABM Melawi.
Ritaudin dalam sambutannya menyampaikan program prioritas yang akan ia dan jajarannya laksanakan pasca pengukuhan tersebut, yaitu membentuk kepengurusan MABM tingkat kecamatan.
“Kita akan melaksanakan rapat kerja dan akan datang kesetiap kecamatan untuk membentuk kepengurusan MABM disana,” ujarnya.
Menurutnya, kepengurusan di tingkat kecamatan sudah habis masa jabatannya, dimana harus segera dibentuk kembali.
Ia juga menyampaikan terkait pembangunan Rumah Adat Melayu di Kabupaten Melawi sudah dilaksanakan, dan diusahakan tahun 2024 akan selesai.
“Insyaallah untuk Rumah Adat Melayu tahun depan sudah selesai. Dimana kita juga mendapatkan bantuan dari Pemerintah Daerah Kabupaten Melawi, dan sisanya nanti kita akan minta bantuan dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat,” jelasnya.
Sementara itu, Bupati Melawi, H. Dadi Sunarya Usfa Yursa menyampaikan bahwa kegiatan ini sejalan dengan program pemerintah yakni membangun karakter bangsa dengan membangun manusia Indonesia melalui budaya.
“Saya berharap kegiatan ini bisa menghasilkan banyak gagasan dan pemikiran, serta mampu mensinergikan semangat dan pemikiran untuk melestarikan kearifan lokal, sekaligus meningkatkan gebyar budaya yang berakar dari ilmu pengetahuan dan wawasan,”harapnya.
Menurut Dadi, dengan meningkatkan gebyar budaya yang berakar dari ilmu pengetahuan dan wawasan yang pada akhirnya diharapkan akan bermuara pada peningkatan nilai-nilai budaya di masyarakat, terutama peningkatan pemahaman karakter bangsa pada para generasi muda nantinya.
” Saya mengajak seluruh masyarakat untuk selalu menjaga kekayaan khasanah seni budaya daerah Kabupaten Melawi dan Kalimantan Barat yang tidak ternilai harganya, walaupun adanya pergeseran nilai-nilai budaya yang berkembang dimasyarakat,” pungkasnya. (**)
Editor: Irga Fachreza