INTIMNEWS.COM, PANGKALAN BUN – Suasana Desa Runtu, Kecamatan Arut Selatan (Arsel), Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), mendadak ricuh pada Senin, 2 September 2024.
Kejadian ini bermula dari beredarnya video dan foto di media sosial serta layanan perpesanan WhatsApp yang memperlihatkan sejumlah warga menolak kehadiran Kepala Desa (Kades) Juhlian Syahri. Video tersebut dengan cepat menjadi viral dan memicu reaksi luas di kalangan masyarakat setempat.
Dalam rekaman yang beredar, terdengar suara-suara warga yang meluapkan kemarahan mereka, berteriak mencari keberadaan Kades di Kantor Desa. Tidak berhenti di situ, dalam video lainnya, tampak warga berhasil menemukan Kades dan kemudian membawanya keluar dari kantor desa dengan paksa. Beberapa warga bahkan terlihat mendorong Kades keluar dari gedung. Foto yang tersebar menunjukkan pintu masuk Kantor Desa dipasangi tulisan penolakan terhadap kehadiran Juhlian Syahri.
Menanggapi kejadian tersebut, Camat Arut Selatan (Arsel), Indra Wardhana, menjelaskan bahwa dirinya sudah mengetahui peristiwa ini melalui video yang beredar.
“Memang ada penolakan dari warga Desa Runtu terkait kehadiran beliau (Kades: Juhlian Syahri) untuk berkantor kembali setelah ia bebas dari masa hukuman,” ujar Indra saat dikonfirmasi media.
Indra Wardhana menjelaskan bahwa meskipun Juhlian Syahri telah menjalani proses hukum sebagai terpidana, ia tetap menjalankan tugasnya sebagai Kepala Desa karena ancaman hukuman yang dijatuhkan di bawah lima tahun. Namun, hal ini rupanya tidak diterima dengan baik oleh sebagian warga Desa Runtu yang masih menyimpan kekecewaan.
Untuk meredam situasi, Camat Arsel berencana memanggil Juhlian Syahri ke Kantor Kecamatan Arsel pada Selasa, 3 September 2024. Pertemuan tersebut juga akan dihadiri oleh Forum Komunikasi Kecamatan, termasuk Danramil dan Kapolsek, guna membahas langkah selanjutnya terkait polemik ini.
“Kami berencana untuk berbicara secara terpisah dengan pihak-pihak yang terkait, baik itu dengan Kades maupun warga yang menolak, demi menghindari konflik yang lebih besar. Saat ini kami masih mempertimbangkan waktu dan teknis pelaksanaan pertemuan dengan warga,” jelas Indra.
Camat Arsel menambahkan bahwa ia akan mencari cara yang tepat untuk meredakan ketegangan, apakah dengan memanggil warga ke Kantor Camat pada waktu yang berbeda atau mendatangi langsung Desa Runtu untuk mendengar aspirasi mereka.
Situasi ini menggarisbawahi pentingnya komunikasi yang baik antara pemerintah desa dan masyarakat, terutama dalam kasus-kasus yang melibatkan kepercayaan publik. Kekisruhan yang terjadi di Desa Runtu menjadi pengingat bahwa penyelesaian konflik harus dilakukan dengan bijak dan mengedepankan dialog demi menjaga keharmonisan di tengah masyarakat.
Penulis : Yusro
Editor : Maulana Kawit