INTIMNEWS.COM, SAMPIT – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Dr H Haedar Nashir, M.Si. melaunching Universitas Muhammadiyah Sampit (UMSA) yang dilaksanakan di Aquarius Boutique Hotel, Selasa 16 Mei 2023.
Launching ini dirangkai dengan pelantikan Rektor UMSA, Ramadansyah serta pengenalan susunan struktur Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Kalimantan Tengah (Kalteng) periode 2022-2027.
“Kami PP Muhammdiyah melauncing Universitas Muhammadiyah Sampit, sebagai universitas yang ke-173. Posisi UMSA ini strategis, akan menjadi penting bagi masyarakat Kotim dan menjadi lembaga yang meningkatkan kualitas pendidikan di daerah,” kata Haedar.
Haedar Nashir menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat, terutama Kemendikbudristek RI, LLDIKTI Wilayah XI, Gubernur Kalteng, Bupati Kotawaringin Timur, PWM Kalteng dan Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah.
“Kami menyampaikan terima kasih pada Kemendikbudristek dan pemerintah Kalimantan Tengah, dan khusus Pemerintah Daerah Kotawaringin Timur yang sejak awal mendukung, mem-back up bahkan menfasilitasi lahirnya Universitas Muhammadiyah Sampit,” tuturnya.
Lanjutnya, pendirian UMSA bukan untuk kepentingan pribadi Muhammadiyah, melainkan untuk kepentingan bangsa Indonesia secara umum.
“Kami sampaikan bahwa Muhammadiyah insyaAllah ketika ada peluang dan kesempatan untuk berkhidmat bagi kepentingan bangsa di manapun berada selalu mampu memanfaatkan peluang dan kemudahan itu demi dan untuk bangsa, bukan untuk Muhammadiyah,” jelasnya.
Ikhtiar mendirikan UMSA beserta amal usaha serta pusat-pusat keunggulan lain di bidang pendidikan, kesehatan, pelayanan sosial serta pemberdayaan masyarakat yang tersebar di seluruh tanah air, kata Haedar berangkat dari sekian hal mendasar.
“Muhammadiyah sejak awal kelahirannya sebagai organisasi Islam yang membawa misi dakwah dan tajdid. Membawa Islam dan mewujudkan Islam yang membawa kemajuan dan pembaruan. Islam sebagai agama yang membawa peradaban maju,”
Ia menyadari bahwa setelah Indonesia 77 tahun merdeka, nyatanya masih memiliki banyak pekerjaan rumah kendati ada kemajuan di beberapa titik.
Nilai luhur yang dimiliki bangsa Indonesia seperti Pancasila, Agama, dan Kebudayaan luhur bangsa juga belum mampu dioptimalkan untuk membangun keadaban bangsa. Riset Microsoft terkait keadaban netizen warga Indonesia adalah contohnya.
Di sisi lain, keunggulan sumber daya alam juga belum mampu mewujudkan Indonesia sebagai negara merdeka, bersatu, berdaulat adil dan makmur, karena potensi SDM-nya yang rendah dan tertinggal di ASEAN.
“Maka di sinilah kuncinya pendidikan. Pendidikan kita harus men-drill betul potensi anak-anak warga bangsa kita. Tidak bisa pendidikan asal-asalan. Ketinggalan nanti,” demikian Haedar Nashir. (**)
Editor: Irga Fachreza