INTIMNEWS.COM, PANGKALAN BUN – Maraknya fenomena remaja yang bermain game di kafe dan warung kopi (warkop) belakangan ini menjadi pemandangan yang lazim.
Dengan wajah serius dan jari-jari yang lincah di atas layar ponsel, mereka menghabiskan waktu berjam-jam sambil menikmati suasana santai di tempat tersebut. Namun, perilaku mereka sering kali mengundang perhatian, bahkan keluhan, dari pengunjung lain.
Andi, seorang pengunjung tetap di salah satu warkop di Pangkalan Bun, berbagi pengalamannya mengenai situasi ini. “Saya sering datang ke sini untuk bersantai sambil menikmati kopi. Tapi belakangan ini, banyak remaja yang bermain game dengan berteriak-teriak, bahkan kadang memaki dengan kata-kata yang kurang enak didengar,” ujarnya, Rabu (19/6/2024).
Andi mengungkapkan bahwa perilaku ini membuat suasana menjadi kurang nyaman bagi pengunjung lain yang datang untuk bersantai atau mengerjakan tugas. “Entah mereka bermain apa, saya kurang paham. Tapi mereka kuat sekali duduk sambil bermain. Mungkin mereka mencari tempat yang ada Wi-Fi-nya dan ini memang dunia mereka,” tambahnya.
Tidak bisa dipungkiri, tren e-sport dan game mobile memang sedang naik daun. Game seperti PUBG Mobile, Mobile Legends, dan Free Fire menjadi sangat populer di kalangan remaja.
Kafe dan warkop yang menyediakan akses internet gratis melalui Wi-Fi menjadi tempat favorit mereka untuk bermain secara online. Tempat-tempat ini menyediakan lingkungan yang nyaman dan santai, memungkinkan mereka untuk bermain bersama teman-teman tanpa terganggu oleh batasan kuota internet.
Bagi para remaja, bermain game bukan sekadar hiburan, tetapi juga cara untuk bersosialisasi dan menunjukkan keterampilan mereka. Dalam beberapa kasus, game bahkan bisa menjadi sumber pendapatan melalui turnamen atau streaming. Hal ini menjelaskan mengapa mereka rela menghabiskan waktu berjam-jam di tempat-tempat tersebut.
Namun, fenomena ini tidak lepas dari dampak sosial. Teriakan dan makian yang terdengar saat bermain game dapat mengganggu kenyamanan pengunjung lain. Beberapa pengunjung merasa terganggu dengan suara bising dan bahasa kasar yang sering terlontar.
Pengelola kafe dan warkop pun dituntut untuk mencari solusi agar semua pengunjung bisa merasa nyaman. Beberapa tempat telah mengambil langkah-langkah untuk mengatasi masalah ini, seperti menyediakan ruangan khusus untuk bermain game atau menerapkan aturan ketat mengenai penggunaan bahasa dan volume suara.
“Ada yang bilang mereka harus diberi ruang khusus untuk bermain agar tidak mengganggu yang lain,” kata salah satu pemilik warkop yang enggan disebutkan namanya. “Kami sedang mempertimbangkan untuk membuat area khusus game di sini, jadi para gamer bisa bermain dengan leluasa tanpa mengganggu pengunjung lain.”
Fenomena ini juga menarik perhatian para ahli sosial dan psikolog. Mereka berpendapat bahwa remaja membutuhkan ruang untuk mengekspresikan diri dan bersosialisasi, terutama di era digital saat ini. Namun, penting juga untuk mengajarkan etika dan batasan agar perilaku mereka tidak merugikan orang lain.
“Remaja perlu memahami bahwa ada norma sosial yang harus diikuti, terutama di tempat umum”. Bermain game adalah hak mereka, tetapi mereka juga harus belajar menghormati kenyamanan orang lain. Pendidikan dan pengarahan dari orang tua serta masyarakat sangat penting dalam hal ini.”
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan kerjasama antara pengelola kafe, orang tua, dan remaja itu sendiri. Pengelola kafe bisa menyediakan fasilitas khusus untuk bermain game, sementara orang tua dapat mengarahkan anak-anak mereka mengenai etika bermain di tempat umum. Remaja juga diharapkan bisa lebih bijak dalam berperilaku, menghormati kenyamanan orang lain tanpa mengurangi kesenangan mereka dalam bermain game.
Dengan solusi yang tepat, diharapkan semua pihak dapat menikmati waktu mereka di kafe dan warkop tanpa merasa terganggu. Pada akhirnya, harmonisasi antara kebutuhan hiburan remaja dan kenyamanan pengunjung lain bisa tercapai, menciptakan lingkungan yang nyaman dan menyenangkan
Penulis : Yusro
Editor : Maulana Kawit