INTIMNEWS.COM, PANGKALAN BUN – Banjir di Kecamatan Arut Utara, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalteng, sudah meratakan 10 desa dan satu kelurahan. Jumlah warga yang terdampak dari banjir tahunan ini mencapai 1577 jiwa dan bisa berpotensi bertambah.
Camat Arut Utara Amir Mahmud mengatakan, banjir yang terjadi di Kecamatan Arut Utara ini terjadi pada minggu (22/8) lalu, hingga saat ini belum ada tanda surut.
“Justru banjir semakin meluas dan mengepung seluruh desa dan kelurahan di Kecamatan Arut Utara,” kata Amir Mahmud, Jumat 27 Agustus 2021.
“Banjir sudah merata, semua desa dan kelurahan di Arut Utara terkena. Ketinggian juga bervariari dari 50 centimeter hingga satu meter lebih,” terang Amir Mahmud.
Secara keseluruhan, jumlah rumah yang terkena banjir ini mencapai 491 rumah dan 1.577 jiwa. Kemungkinan jumlah ini bisa terus meningkat karena wilayah bawah airnya terus bertambah tinggi.
“Seperti Desa Sungai Dau dan Desa Sambi turun ketinggian air, sementara desa dan kelurahan lainya justru bertambah tinggi dan nampaknya semakin luas. Mengingat hujan yang terus terjadi,” ujar Amir.
Dalam kondisi banjir seperti ini, yang dibutuhkan warga tentu kebutuhan logistik. Mengingat mereka tidak bisa melakukan aktivitas apapun karena banjir. “Sehingga secara perlahan, logistik langsung disalurkan kepada masyarakat terkena banjir,” tutur Amir.
“Selanjutnya yang kami terima juga bertambah, karena sudah ada bantuan dari perusahaan dan donatur juga mulai terkumpul. Setelah data sudah siap, maka bantuan langsung diserahkan,” jelas Amir Mahmud.
Sementara Kepala BPBD Kobar Syahruni menambahkan selain membuat posko banjir di Kecamatan Arut Utara, pihaknya juga mensiagakan personel dan peralatan yang dibutuhkan.
“Belasan personel kita siagakan dan mereka selalu bergantian berjaga dengan tim gabungan di posko banjir. Hal ini saat ada warga yang meminta bantuan langsung bergerak cepat,” ucapnya.
Pasalnya saat kejadian banjir seperti sekarang ini, masyarakat enggan meninggalkan rumah. Terkecuali dalam kondisi darurat sakit atau rumahnya tenggelam tidak bisa ditinggali.
“Kebetulan ada perahu mikik BPBD, TNI dan polisi yang stanby. Jadi setiap ada warga yang minta evakuasi kita langsung siap. Seperti kejadian rabu malam ada lansia yang sakit dan dilakukan evakuasi menggunakan perahu karet,” jelasnya.
Masyarakat yang rumahnya banjir enggan menempati lokasi pengungsian. Justru saat meninggalkan rumah, memilih tinggal di rumah keluarga dan sebagian menyewa barakan.
“Yang jelas sesuai instruksi atasan, tempat pengungsian tekah disiapkan di kelurahan dan kantor desa. Begitu juga dapur umum juga sudah siap di lokasi banjir,” pungkasnya. (Yus)