INTIMNEWS.COM, ATAMBUA – Bertahan dimasa pandemi covid-19 menjadi pilihan bagi pelaku usaha. Salah satunya yakni Marselinus Saka, masyarakat desa Tukuneno Kecamatan Tasifeto Barat ( TasBar ) Kabupaten Belu tetap eksis usaha cetak batu bata.
Marselinus Saka tetap terus memproduksi batu bata meskipun selama pandemi pesanan mulai berkurang. “Dalam waktu kurang lebih 3 hari batu yang dicetak sudah kering, tetapi ketika menghadapi musim hujan, memakan waktu lama proses pengeringan sampai dua minggu,” kata salah satu pengusaha batu bata Desa Tukuneno ( Masmae ) Marselinus Saka.
Dari pantauan awak media sebelum proses pengeringan, tanah yang sudah diaduk dengan campuran dedak agar lebih kuat di cetak menggunakan cetakan tradisional lalu di jemur hingga kering dan disusun kembali untuk dibuat oven sekaligus proses pembakaran menjadi batu bata yang kuat dengan menggunakan kayu.
“Sekali bakar batu yang disusun mencapai 23.000 buah, dan proses pembakaran hanya butuh satu malam, Selanjutnya menunggu beberapa minggu kedepan untuk dingin dan sekaligus sudah dapat dibongkar dan disusun di tempat lain agar dijual,” kata Marselinus Saka.
Menyangkut harga, Marselinus Saka mengaku sesuai kesepakatan, dijual 400 sampai 500 rupiah per biji demikian tergantung permintaan pembeli. “Mau terima di tempat atau mengambil langsung dari tempatnya,” katanya.
Disinggung pembeli, Marselinus Saka menjelaskan bahwa pelanngannya selain kontraktor dari kota, juga pemerintah kampung dan masyarakat yang hendak membuat bangunan. Karena dimanfaatkan untuk pembangunan perumahan maupun kegiatan fisik lain.
” Walaupun dimasa pandemi kami tetap bertahan menekuni usaha cetak batu bata karena sistem kerjanya tidak berkumpul dengan banyak orang sehingga tidak berpengaruh dengan pekerjaan ini,” pungkasnya.