INTIMNEWS.COM, PANGKALAN BUN – Debat pertama Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kotawaringin Barat 2024 yang digelar di studio Metro TV, Jakarta, pada Selasa (5/11), sepertinya tidak sepenuhnya menarik perhatian masyarakat di tingkat akar rumput. Meskipun acara ini disiarkan secara nasional dan menampilkan gagasan dari para calon Bupati dan Wakil Bupati Kotawaringin Barat, sebagian besar warga merasa bahwa perdebatan tersebut tidak relevan dengan kebutuhan sehari-hari mereka.
Imron, seorang pedagang kaki lima di Pangkalan Bun, menyampaikan pendapatnya dengan nada datar. “Debat atau gagasan itu bukan sesuatu yang kami mengerti. Kami ini rakyat kecil, yang penting siapapun nanti yang terpilih sebagai Bupati atau Wakilnya, jangan sampai menambah beban hidup kami,” ujarnya. Bagi Imron, pemimpin yang ideal adalah mereka yang mampu menurunkan beban hidup tanpa menambah kesulitan.
Ketidakpedulian terhadap perdebatan tersebut tidak hanya dirasakan Imron. Sejumlah warga lainnya juga mengungkapkan hal serupa, menyebutkan bahwa harga kebutuhan pokok, lapangan pekerjaan, dan stabilitas ekonomi keluarga jauh lebih penting dibandingkan janji-janji politik di atas panggung. “Kami ingin harga bahan pokok stabil, biaya pendidikan murah, akses kesehatan mudah. Kalau itu saja bisa dijamin oleh pemerintah, siapapun pemimpinnya, kami akan mendukung,” tutur Imron.
Pendapat yang sama disampaikan Siti, seorang ibu rumah tangga di Desa Pasir Panjang. Bagi Siti, janji-janji kampanye sering kali sulit dipercaya, sehingga ia memilih untuk tidak menonton debat di televisi. “Saya tidak menonton debat di TV, lebih baik saya urus anak-anak. Apapun yang mereka katakan, saya tidak tahu apakah itu akan terwujud atau hanya sekadar janji,” ungkapnya. Bagi Siti, kehidupan sehari-hari yang stabil lebih penting daripada janji-janji politik yang belum tentu terealisasi.
Dari pantauan Intim News, acara debat ini hanya disaksikan oleh segelintir warga di beberapa titik keramaian di Kotawaringin Barat. Kebanyakan warga tetap sibuk menjalani aktivitas tanpa terpengaruh oleh perhelatan politik. “Saya tidak peduli siapa yang jadi pemimpin, yang penting tidak membebani kami,” ujar Misbah, seorang salesman di Kecamatan Arut Selatan. Harapannya hanya pada perbaikan pekerjaan dan jaminan sosial yang nyata.
Misbah menambahkan bahwa ketidakpedulian masyarakat terhadap debat ini bisa mencerminkan kekecewaan mereka terhadap janji politik yang sering kali tidak terealisasi. Menurutnya, perlu ada pendekatan yang lebih komunikatif dan transparan dari para kandidat, agar masyarakat dapat memahami gagasan mereka. “Kalau cuma janji tanpa bukti, ya kami lama-lama akan kecewa,” katanya.
Debat Pilkada Kotawaringin Barat 2024 mungkin diselenggarakan dengan tujuan memberikan pemahaman tentang visi dan misi kandidat. Namun, tanpa adanya pendekatan yang lebih menyentuh kebutuhan warga kecil, acara ini bisa jadi kehilangan esensinya bagi mereka. Sebagian besar warga hanya berharap agar pemimpin terpilih mampu menghadirkan kesejahteraan dan memenuhi kebutuhan dasar.
Imron pun menutup dengan harapan yang sama. “Kami sudah terlalu sering melihat janji. Kami tidak ingin janji lagi, kami ingin bukti,” katanya. Warga kecil seperti Imron berharap Pilkada tahun ini tidak sekadar menjadi ajang debat kosong, tetapi menghasilkan pemimpin yang benar-benar peduli pada kebutuhan mereka.
Penulis : Yusro
Editor : Maulana Kawit