INTIMNEWS.COM, SAMPIT – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotawaringin Timur (Kotim) terus mematangkan persiapan penangan bencana banjir dan kebakaran hutan (Karhutla).
Bahkan Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotawaringin Timur, Multazam, menyebut banjir terparah terjadi di Kecamatan Telaga Antang yang merendam 10 desa. Ketinggian air pun bervariasi antara 50 hingga 140 centimeter.
Selain merendam rumah, banjir juga menenggelamkan ruas jalan penghubung antar desa sehingga tidak bisa dilintasi. Banjir yang cukup dalam saat ini membuat aktivitas masyarakat terganggu.
Warga juga semakin waspada terhadap kemungkinan banjir masih bertahan atau malah semakin dalam akibat hujan yang masih sering terjadi. “Di Kecamatan Telaga Antang yang sebelumnya hanya merendam tiga desa, kini meluas ke 10 desa dengan ketinggian air bervariasi antara 30 sampai 150 centimeter,” katanya, Selasa, 4 Juni 2024.
Sebanyak 10 desa terdampak banjir di Kecamatan Telaga Antang yaitu Desa Tumbang Sangai, Rantau Katang, Tumbang Mangkup, Tukang Langit, Tumbang Bajanei, Tumbang Boloi, Tumbang Puan, Rantau Sawang, Luwuk Kowan dan Rantau Suang. Sementara berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Kalteng, sejumlah kabupaten saat ini dilanda banjir di antaranya Kabupaten Lamandau, Kotawaringin Timur, Katingan dan yang terparah di wilayah Seruyan
“Kami bersiap menghadapi 2 bencana sekaligus sesuai prakiraan BMKG tersebut bahwa wilayah utara akan terjadi hujan sepanjang tahun namun wilayah tengah dan selatan akan memasuki kemarau pada Agustus dasarian 1,” jelasnya
Dua bencana tersebut sudah pernah pihaknya hadapi. Bahkan 2 status tanggap bencana pernah terjadi bersamaan pada tahun 2022.
Jika banjir dan karhutla bersamaan tentu perlu ekstra penanganannya. BPBD Kotim akan meminta bantuan pihak terkait untuk memback up operasi penanganan atau penanggulangan bencana apabila diperlukan.
“Kami berharap masyarakat berharmonisasi dan kami imbaua masyarakat jangan membuka lahan dengan cara dibakar,” ujarnya.
Ia mengatakan, sebagian masyarakat wilayah utara telah berharmonisasi dengan bencana banjir. Dirinya juga mengimbau masyarakat agar tak membuka lahan dengan cara dibakar.
Membakar lahan emang ekonomis dan mudah namun dampaknya sangat besar dan akan menimbulkan kerusakan lingkungan.
“Apakah mungkin tahun ini 2 bencana terjadi, mungkin, karena bencana tidak pernah memberi kabar,” tandasnya.
(jimmy)