INTIMNEWS.COM, PALANGKA RAYA – IWD Kalimantan Tengah (Kalteng) bersama aktivisi perempuan dan aktivis Kalteng menggelar Panggung Ekspresi dan Aspirasi Perempuan Kalteng, yang dilaksanakan di Bundaran Besar Palangka Raya, Minggu 10 Maret 2024.
Kegiatan ini dilakukan dalam rangka memperingati Hari Perempuan Sedunia atau International Women’s Day yang jatuh setiap tanggal 8 Maret.
Koordinator Lapangan Aksi IWD Kalteng, Wira Surya Wibawa menjelaskan sejarah peringatan IWD ini berangkat dari kondisi tahun 1857 di New York.
“Para Perempuan pekerja memprotes kondisi kerja yang tidak manusiawi dan upah murah. Gerakan protes tersebut berhasil diredam, namun bukan berarti semangat untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik bagi perempuan lantas padam,” ungkap Wira.
Kemudian, tahun 1908, sekitar 15.000 pekerja perempuan berhimpun dan memenuhi jalanan kota New York, menumbuhkan kesadaran kepada segenap masyarakat bahwa hak-hak perempuan seperti upah layak dan hak pilih dalam pemilu adalah urusan urgen dan hak mendasar untuk hidup sebagai manusia yang setara dan bukan warga negara kelas dua.
Lalu, Pada Kongres Perempuan Sosialis Internasional tahun 1910 disepakati untuk para pekerja perempuan di seluruh dunia mulai mengorganisir diri dalam sebuah peringatan tahunan global, terus berjuang dan menumbuhkan kesadaran tentang masyarakat yang setara. Tahun 1975 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menetapkan tanggal 8 Maret sebagai Hari Perempuan Sedunia untuk terus menumbuhkan dan menyebarkan kesadaran terkait hak-hak dasar perempuan dalam segala bidang hidup, dan terus menerus diperingati hingga hari ini.
Dalam konteksnya di Indonesia, kongres Perempuan di Indonesia pada 1920 menginisiasi perlindungan bagi perempuan dari poligami sepihak, kesetaraan kaum perempuan, hak politik kaum perempuan, hak pendidikan, dan sebagainnya.
Perjuangan perempuan meraih kesetaraan tidak diberikan oleh laki-laki, namun benar-benar diperjuangkan oleh tangan, keringat, dan jerih payah perempuan sendiri, untuk mencapai masyarakat yang setara dan adil sebagai manusia seutuhnya. Kaum Perempuan mengorganisir diri, bersatu, dan berjuang bersama untuk mewujudkan hak-hak yang sudah sepantasnya didapatkan setelah ribuan sumbangsih yang diberikannya untuk kemanusiaan sendiri tak terhitung nilainya.
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa kaum perempuan, tak bisa seorang diri melawan ketidakadilan dan memperjuangkan kesetaraan. Kita perlu saling menemukan untuk saling menumbuhkan kesadaran dan menyebarkannya. Ribuan tahun ketidakadilan ditanamkan dalam pikiran kita, diterima secara pasif, berpasrah pada pandangang-pandangan merendahkan, minimnya ruang aman seakan hal lumrah, minimnya partisipasi kita dipandang sudah sewajarnya.
“Belum lagi ruang-ruang pergerakan dan perjuangan yang sangat beraroma maskulin dan masih terdapat diskriminasi berbasis gender dan jenis kelamin,” katanya
Singkatnya, jelas dia ruang aman dan kesetaraan serta kebebasan adalah cita-cita yang perlu kita, kaum perempuan, perjuangkan bersama. Proses panjang yang tidak bisa terjadi dalam semalam, namun komitmen setiap hari untuk terus memperjuangkan kesadaran dan masyarakat yang adil dan setara, sebuah dunia yang aman dan layak huni bagi perempuan.
“Selama kesetaraan dan hak-hak perempuan sebagai manusia belum tercapai, selama itu pula peringatan Hari Perempuan akan terus relevan sebagai alat untuk menggalang kesadaran, menumbuhkan perjuangan, dan menolak penindasan perempuan sebagai bagian dari penindasan atas kemanusiaan,” bebernya.
Kondisi sosial politik hari ini kata dia, yang semakin membuat kita terkurung dalam lingkaran-lingkaran kita, takut bersuara, takut beraspirasi, padahal punya keresahan yang sama terkait kondisi perempuan hari ini, membuatnya menguap tak tersampaikan.
“Berangkat dari kondisi ini, dan untuk turut menjadi bagian dari perjuangan perempuan sedunia, Komite IWD Kalimantan Tengah hadir, menjadi wadah bersama dan jalinan solidaritas atas usaha menciptakan dunia yang aman serta layak huni bagi perempuan dan ragam gender lainnya,” tutur Wira.
Ia juga mencoba merangkul setiap lingkaran yang peduli pada perjuangan untuk menciptakan kehidupan perempuan yang lebih aman dan layak sebagai bagian dari umat manusia, berkumpul dan mendiskusikan kembali berbagai keresahan dan permasalahan perempuan hari ini.
“Dalam konsolidasi-konsolidasi yang IWD Kalimantan Tengah lakukan, isu kekerasan seksual, ruang aman bagi perempuan, dan kesetaraan masih menjadi tantangan utama. Artinya meski telah ada UU dan kebijakan dari pemerintah, dunia yang layak huni bagi perempuan belum benar-benar tercipta, sehingga usaha-usaha ini akan terus relevan,” imbuhnya
Kemudian pihaknya merangkum tuntutan dari IWD Kalteng dalam tiga isu besar yaitu:
Pertama, Penuhi hak dasar perempuan dan disabilitas, Fasilitas di ruang publik seperti toilet khusus perempuan, ruang laktasi, dan sebagainnya.
Kedua, Hukum tegas pelaku kekerasan seksual, Berhenti menyalahkan korban kekerasan seksual, Jamin ruang aman untuk perempuan, Ruang publik yang bebas asap rokok, Keamanan dari begal payudara dan Kepastian rasa aman saat menjadi korban kekerasan seksual.
Ketiga, Wujudkan keterlibatan perempuan yang bermakna, Keterwakilan perempuan dan perspektif perempuan dalam proses pembuatan kebijakan dan Kaderisasi politisi perempuan yang serius, bukan sekadar formalitas.
Editor: Andrian