INTIMNEWS.COM, MALANG – Persoalan siswa berkebutuhan khusus pasca lulus sekolah, sejauh ini masih menjadi permasalahan yang tidak kunjung memperoleh jawaban yang tegas dari pengambil kebijakan.
Kepala Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) Kota Batu, Siti Muawanah Maryam menilai kondisi ini sangat berbeda dengan siswa normal yang dididik di sekolah umum. Banyak sekali program-program dan infrastruktur penunjang yang dipersiapkan pemerintah maupun swasta untuk menyambut kelulusan mereka, baik untuk memasuki dunia kerja maupun studi lanjut.
“Sebaliknya, untuk siswa disabilitas yang memiliki kapasitas gerak dan ruang terbatas, tidak banyak diantara mereka yang mendapat akses pekerjaan yang layak maupun melanjutkan studi ke perguruan tinggi,” ujarnya ketika membuka kegiatan “Bimtek Desain Ulang Pengemasan dan Pemasaran Produk Makanan-Minuman Fungsional Hasil Kolaborasi Siswa dengan Guru Di Sekolah Luar Biasa Negeri Batu” di Aula SLBN Batu, Kamis 8 Juni 2023 yang bekerjasama dengan Tim Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Negeri Malang (UM).
Ia menjelaskan bahwa pada umumnya mereka setelah lulus sekolah akan dikembalikan kepada keluarga, dan keluargalah yang bertanggung-jawab untuk mecarikan solusi kelangsungan hidup selanjutnya. “Tidak dipungkiri, ketika mereka tidak terakomodasi untuk mendapat pekerjaan akan menjadi problem tersendiri”, urainya.
Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) Kota Batu sebagai salah satu Lembaga pendidikan formal untuk peserta didik penyandang kebutuhan khusus atau disabilitas, selama ini telah berkomitmen membantu menangani penyandang disabilitas untuk memperoleh pendidikan formal maupun pasca lulus pendidikan formal.
Ibu Anna (sapaan akrab Siti Muawanah Maryam) selaku pimpinan sekolah, berupaya untuk membedayakan mereka lewat pemberian pelatihan keterampilan yang disesuaikan dengan kondisi para penyandang disabilitas. Beberapa keterampilan yang dilatihkan pada mereka, antara lain kerajinan, pembuatan kue, konveksi, sablon, makanan dan minuman olahan fungsional.
Berdasarkan hasil analisis sampel produk makanan dan minuman (mamin) fungsional yang dihasilkan dari serangkaian kegiatan pelatihan yang dilakukan oleh pihak sekolah, menurut hasil penilaian Tim PkM Universitas Negeri Malang (UM) yang diketuai oleh Prof. M. Efendi MPd., secara kuantitas dan kualitas produk mamin yang dihasilkan oleh siswa penyandang disabilitas yang berkolaborasi dengan guru pemmbimbingnya termasuk dalam kategori baik dan layak jual.
“Namun demikian, supaya kesinambungan hasil produksi mereka secara kompetitif dapat diterima konsumen yang lebih luas, masih diperlukan sentuhan dari sisi kualitas produk maupun sisi kemasan”, komentar dosen PLB FIP UM tersebut di sela-sela kegiatan.
Sementara itu, terkait dengan kualitas, Prof. Rina RM MP selaku pakar keamanan pangan dari Tata Boga UM menjelaskan bahwa nilai sebuah produk makanan dan minuman fungsional yang layak konsumsi senantiasa perlu mempertimbangkan kandungan gizi dan keamanan pangan.
“Oleh karena itu, setiap produk ma-min yang dihasilkan unit usaha sekolah ini, selain memiliki citarasa yang enak juga perlu memperhatikan komposisi bahan dasar yang digunakan. Terutama harus memiliki kandungan gizi yang menyehatkan,” jelas Prof. Rina RM MP.
Selain memiliki citarasa yang enak dan bergizi, yang tidak kalah pentingnya perlu mempertimbangkan bentuk kemasan yang digunakan untuk mem-branding produk makanan-minuman fungsional yang dihasilkan. Hal ini disampaian Yon Ade MSn, melengkapi penjelasan dari pembicara sebelumnya.
Menurut Desainer Produk dari UM tersebut, mengutip hasil penelitian menunjukkan bahwa 80 % orang ingin membeli produk makanan atau minuman tertentu ternyata bukan semata karena fisik makanan atau minuman yang dibeli, akan tetapi karena tampilan kemasan yang menarik akan mendorong mereka untuk membeli barang tersebut.
“Sebab bisa jadi produk yang sama telah ada sebelumnya di pasaran, sehingga konsumen sudah punya preferensi tentang makanan yang sama. Namun jika kemasan yang dimunculkan berbeda dan lebih menarik dari produk sebelumnya, maka minat konsumen untuk membeli makin tinggi,” tutur Yon Ade.
Selanjutnya, tindak lanjut yang perlu dilakukan oleh unit usaha sekolah ini dalam mengembangkan makanan dan minuman fungsional, selain mempertimbangkan kualitas dan tampilan produk, perlu juga memperhatikan ketersedian, kemudahan dan keterjangkauan bahan bakunya.
Tujuannya, agar keberlanjutan program pemberdayaan unit usaha lembaga ini tetap terpelihara dengan baik. “Perlu dipikirkan juga, di samping menghasilkan produk-produk ma-min unggulan yang layak jual, lembaga ini juga perlu melakukan promosi produknya pada even-even tertentu maupun lewat media social yang tersedia,” terang Prof. Rina RM MP selaku pakar keamanan pangan UM mengakhiri penjelasannya. (**)
Editor: Andrian