INTIMNEWS.COM, PALANGKA RAYA – The Blame atau Bara merupakan salah satu film dokumenter yang menceritakan tentang perjuangan masyarakat di desa Pilang, Kecamatan Jabiren, Kabupaten Pulang Pisau dalam memperjuangkan hutan Adat yakni Pulau Basarak.
Adapun tokoh utama dalam film dokumenter tersebut adalah Iber Djamal, seorang pria yang berumur 80 tahun dalam memperjuangkan hutan adat yang sejak lama didambakan.
Film dokumenter tersebut sudah tayang di 2 kota dan Palangka Raya, tepatnya di bioskop XXI, Palangka Raya Mall (Palma) dan wartawan intimnews.com berkesempatan menonton film tersebut.
Sementara itu saat sesi tanya jawab sutradara film Arfan Sabran menuturkan, film tersebut sudah tayang sebelumnya di proVision du Reel Festival Film di Swiss pada April lalu. Selain itu juga tayang di DMZ International Documentary Festival di Korea hingga. BIFED Ecology Film Festival di Turki.
“Adapun kenapa judul film ini The Flame atau Bara dalam bahasa Indonesianya, adalah karena dari perjalanan beliau (Iber Djamal) ada semacam amarah yang dirasakan karena memperjuangkan apa yang telah lama ingin diwujudkan yakni hutan adat pulau Barasak,” ucap Arfan.
Dia menambahkan bahwa film tersebut merupakan produksi bersama Abimata Group, Cineria Film, RM Cine Makasar dan Al Jazeera Documentary Channel, berkolaborasi dengan Yayasan Dian Sastrowardoyo bersama Sejauh Mata Memandang.
Sementara itu Iber Djamal yang merupakan tokoh utama dalam film dokumenter tersebut mengatakan bahwa sejatinya hutan merupakan sumber untuk segala kehidupan yang ada di bumi.
Selain itu dalam perjalanannya untuk memperjuangkan hutan adat Basarak tentunya ada tantangan dan penuh dengan rintangan, namun dengan niat dan tekad seiring dengan waktu akhirnya hutan Adat Pulau Basarak yang merupakan hutan adat pertama di Provinsi Kalteng.
“Pesan saya untuk generasi muda agar dapat menjalani hidup dengan sebaik-sebaiknya. Teruslah melakukan yang terbaik dan jangan lupa dengan tempatmu berasal,” ucapnya.