Oleh: Sahril Ramadan
Hadirnya HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) di tanah nusantara berdasar atas penyatuan visi pemuda-pemudi yang resah dengan kondisi Islam dan bangsa masa itu. Pemuda-pemudi tersebut mengatas namakan dirinya sebagai mahasiswa, orang yang terpelajar. Maksdunya ialah pemuda-pemudi tersebut memunculkan ciri dan makna sebagai seorang mahasiswa, yaitu dikelilingi oleh ide dan gagasan “penemu dan penyembuh”.
Merefleksikan bahwa kader HMI sejak awal berdiri melakukan perjuangan melawan penjajah dari perjuangan fisik sampai perjuangan intelektual. Sudah sepatutnya HMI mempertahankan posisi perjuangan tersebut dalam mewujudkan visi utama organisasi “mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah Subahanahuwata’ala”.
Etisnya momentum Kongres HMI Ke-XXXII menjadi ajang bagi kader HMI berjuang beradu gagasan, mempertahankan ciri kemahasiswaan dan keislam, serta mengembangkan keintelektualannya. Diskursus-diskursus yang harus dibangun ialah bagaimana momentum kongres HMI melahirkan penawar baru bagi organisasi dalam menyelesaikan sengketa konflik, baik itu ditataran pengurus besar sampai kepada pengurus komisariat, Aktivitas pembenahan diranah kebijakan organisasi, dan formulasi perbaikan perkaderan organisasi pada setiap jenjangnya.
Sejak awal dibuka sampai dengan tanggal 8 Desember 2023, penyelenggaraan Kongres HMI ke-XXXII di pontianak belum memberikan buah manis. Dinamika-dinamika yang dimunculkan mulai tidak sehat, seperti adanya tindak ancaman personal, terjadi kekerasan fisik dalam forum, pembungkaman hak berpendapat, serta membuang energi, materil dan moril peserta kongres dengan setting forum. Muncul anggapan diusungkan tagline riang gembira bertujuan untuk mengajak peserta Kongres hanya fokus berliburan di pontianak dan meniadakan aktivitas forum.
Pengusungan tagline Kongres riang gembira semestinya mampu mengantarkan kader HMI seluruh Indonesia memaksimalkan kerja akalnya melahirkan gagasan-gagasan baru sebagai pembenahan atas kondisi internal maupun eksternal HMI. Sebagaimana yang kita tahu bahwa tagline riang gembira diusungkan agar setiap kader HMI (peserta kongres) diberi ruang sebesar-besarnya untuk berpartisipasi dalam merumuskan dan membentuk kebijakan atau keputusan organisasi, serta penyelenggaraan dan pembangunan organisasi secara bertanggungjawab dan berkelanjutan tanpa intervensi siapapun yang memiliki kepentingan yang tidak sehat.
Sisi lain bahwa tagline tersebut sebagai cerminan bahwa dalam kontestasi politik pada kongres HMI ke-XXXII menjamin setiap kader aman, nyaman, dan bahagia tanpa bayangan was-was apalagi takut dalam menyampaikan gagasan serta mencegah terjadinya ancaman kekerasan.
Momentum kongres HMI ke-XXXII harus membuka ruang toleransi setinggi-tingginya kepada seluruh elemen yang terlibat guna menciptakan iklim kongres yang sehat, toleran, inklusif dan memungkinkan berkembangnya potensi kader HMI sebagai sumber daya pembangun bangsa. (**)