INTIMNEWS.COM, PANGKALAN BUN – Desa Sungai Bakau, Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, telah menyulap diri menjadi sebuah destinasi wisata yang menawan dengan penetapan sebagai Desa Wisata Sungai Hutan Mangrove. Keputusan ini diambil oleh Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat pada tahun 2022, guna memaksimalkan potensi alam yang melimpah di kawasan pesisir tersebut.
Terletak di wilayah pesisir, Desa Sungai Bakau dikelilingi oleh hutan mangrove yang subur, menciptakan ekosistem yang kaya akan keanekaragaman hayati. Hutan mangrove ini tidak hanya berfungsi sebagai pelindung alami dari erosi pantai, tetapi juga sebagai habitat bagi berbagai jenis satwa, termasuk primata seperti monyet ekor panjang dan kelasi. Keberadaan mangrove yang melimpah juga mendukung kehidupan laut, menjadikan wilayah ini sebagai surga bagi para nelayan setempat.
Sebagian besar penduduk Desa Sungai Bakau berprofesi sebagai nelayan. Tanaman bakau yang tumbuh subur di pesisir desa ini menjadi rumah bagi berbagai jenis ikan. Selain itu, kawasan mangrove ini juga kaya akan kerang dan kepiting bakau yang terkenal dengan kandungan proteinnya yang tinggi.
Keindahan alam Desa Wisata Sungai Hutan Mangrove juga menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan. Pemandangan laut yang memukau dan suasana yang sejuk menjadikan desa ini tempat yang ideal untuk melepas penat dan menikmati liburan. Sejak ditetapkan sebagai desa wisata, semakin banyak wisatawan yang datang untuk merasakan pengalaman unik berinteraksi dengan alam.
“Kami akan terus melakukan penataan dan menjaga kelestarian hutan mangrove agar wisatawan merasa nyaman saat berkunjung ke Desa Wisata Sungai Hutan Mangrove,” ujar Asmuri, Ketua Pokdarwis Bakau Lestari. Upaya ini dilakukan untuk memastikan bahwa kawasan tersebut tetap terjaga keasriannya dan dapat dinikmati oleh generasi mendatang.
Dengan cakupan hutan mangrove yang luas, wisatawan yang berkunjung dapat menikmati berbagai aktivitas menarik. Salah satunya adalah berinteraksi dengan primata seperti monyet ekor panjang dan kelasi. Monyet ekor panjang yang sering terlihat bergelantungan di pohon bakau menjadi pemandangan yang menakjubkan. Selain monyet ekor panjang, kelasi juga menjadi daya tarik di Desa Wisata Sungai Hutan Mangrove. Primata dengan tubuh ramping dan bulu cokelat pekat ini memiliki pesona tersendiri,” lanjut Asmuri, beberapa waktu lalu.
Namun, pembangunan infrastruktur di kawasan ini masih menghadapi beberapa kendala. Lalu Gede Surya Atmaja Kabid Pengembangan Destinasi Pariwisata dari Plt Kadis Pariwisata Kobar menyebutkan bahwa sesuai dengan rencana induk pengembangan pariwisata daerah (ripparda), kawasan mangrove di pesisir pantai Desa Sungai Bakau akan dijadikan penunjang wisata unggulan Tanjung Keluang. “Dari dinas sendiri belum bisa ikut intervensi dalam pembangunannya karena terkendala persoalan aset atau kepemilikan. Tapi untuk pembinaan, kita terus kawal bersama-sama dengan Pemerintah Desa setempat,” jelasnya, Jumat (31/5/2024)
Tanjung Keluang sendiri merupakan destinasi wisata yang terkenal di Kotawaringin Barat dengan pesona pantainya yang menawan. Dengan menjadikan Desa Sungai Bakau sebagai penunjang, diharapkan wisatawan yang berkunjung ke Tanjung Keluang juga tertarik untuk menikmati keindahan dan keunikan hutan mangrove di Desa Sungai Bakau. Sinergi antara kedua destinasi wisata ini diharapkan dapat meningkatkan kunjungan wisatawan sekaligus mendukung ekonomi lokal, kata Lalu.
Desa Wisata Sungai Hutan Mangrove di Desa Sungai Bakau, Kecamatan Kumai, tidak hanya menawarkan keindahan alam yang memukau tetapi juga memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan. Melalui sinergi antara masyarakat, pemerintah, dan wisatawan, diharapkan kawasan ini dapat terus berkembang dan menjadi contoh sukses ekowisata di Indonesia. Dengan pengelolaan yang baik dan berkelanjutan, Desa Wisata Sungai Hutan Mangrove akan terus menjadi destinasi yang menarik dan berkontribusi positif bagi lingkungan dan masyarakat setempat.
Penulis : Yusro
Editor : Maulana Kawit