website murah
website murah
website murah
website murah
website murah

Sungai Arut Tempo Dulu: Kejayaan Rumah Lanting di Bawah Naungan Kesultanan Kotawaringin

Rumah lanting di Sungai Arut tempo dulu. (Yus)

INTIMNEWS.COM, PANGKALAN BUN – Pada awal 1900-an, Sungai Arut menjadi nadi kehidupan masyarakat di wilayah Kesultanan Kotawaringin.

Di sepanjang aliran sungai yang tenang, berdiri rumah lanting yang berderet rapi—sebuah potret kehidupan khas di perairan Borneo Selatan, tepatnya di Soekabumi, Pangkalanboen.

Rumah lanting bukan sekadar tempat tinggal, tetapi juga pusat aktivitas ekonomi dan sosial masyarakat pribumi.

Sebagai bagian dari wilayah Zelfbestuur Landschappen atau daerah istimewa, Kesultanan Kotawaringin memiliki otonomi dalam mengatur kehidupan rakyatnya.

Pasang Iklan

Sungai Arut pada masa itu bukan hanya jalur transportasi utama, tetapi juga cerminan kemandirian ekonomi lokal. Perdagangan hasil bumi seperti rotan, damar, dan karet menjadi denyut nadi perekonomian yang menghubungkan Kotawaringin dengan dunia luar.

Di tengah semangat membangun peradaban, rakyat pribumi berbicara tentang ide dan kemajuan. Namun, arus penjajahan membawa propaganda yang berusaha mengadu domba dan melemahkan kesatuan.

Meski demikian, Kesultanan Kotawaringin tetap menjaga nilai-nilai adat dan identitas budaya, menjadikan Sungai Arut sebagai simbol ketahanan masyarakatnya.

Keindahan rumah lanting yang mengapung di tepian Sungai Arut menjadi bukti bahwa masyarakat pesisir memiliki adaptasi luar biasa terhadap alam.

Bangunan ini dirancang agar mampu mengikuti naik turunnya permukaan air, mencerminkan kearifan lokal yang telah diwariskan turun-temurun. Sungai bukan sekadar sumber kehidupan, tetapi juga bagian dari identitas dan kebanggaan warga Kotawaringin.

Kini, jejak kejayaan tempo dulu masih dapat ditemukan di tepian Sungai Arut. Meski sebagian rumah lanting telah beralih fungsi atau menghilang, kisah kejayaan masa lalu tetap hidup dalam ingatan masyarakat.

Pasang Iklan

Sejarah Sungai Arut mengajarkan bahwa di balik setiap peradaban besar, ada tekad kuat dan semangat persatuan yang harus terus dijaga.

Pepatah lama pun mengingatkan:

“Pribumi berbicara ide dan kemajuan, penjajah berbicara hasutan & adu domba”.

Penulis: Yusro

Editor: Andrian

Pasang Iklan

Berita Rekomendasi
Pasang Iklan