Laporan: Akhiruddin dari Kota Makassar
SUASANA senja yang sangat indah dari puncak pegunungan menyambut penulis saat berada di Desa Liliriawang, Kecamatan Bengo, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, 2 Januari 2022.
Penulis berada tepat di Sumpang Labbu sekitar pukul 15.30 WITA. Setelah melalui jalanan yang berliku sepanjang 33 kilometer dari Pusat Kota Bone (Watampone).
Rasa lelah, sepertinya terobati jika kita beristirahat sejenak di lokasi terowongan ini. Pasalnya kita akan disuguhkan dengan indahnya panorama gunung yang hijau.
Ya, jika sering melakukan perjalanan dari Kota Makassar ke Kabupaten Bone atau sebaliknya, nama Sumpang Labbu tidaklah asing di telinga. Karena terowongan berdinding batu cadas itu ada di Jalan Poros Kota Makassar – Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan.
Terowongan tersebut berada tepatnya di Kecamatan Bengo Kabupaten Bone, sekitar 138 kilometer dari Kota Makassar atau 33 kilometer dari pusat kota Kabupaten Bone.
Terowongan yang juga dikenal dengan nama Batu Goroe tersebut merupakan jejak sejarah peninggalan Belanda. Pembangunan awal terowongan Sumpang Labbu pun tak terpisahkan dengan cerita yang memilukan.
Ribuan warga di Kabupaten Bone dipaksa oleh penjajah Belanda bekerja rodi untuk melubangi batu cadas membentuk terowongan yang saat ini dikenal dengan nama Sumpang Labbu.
Kabarnya, terowongan itu dibuat oleh masyarakat Bone atas perintah Belanda. Konon, batu cadas itu dilubangi dengan menggunakan alat sederhana yakni pahat.
Ribuan masyarakat Bone pada saat itu diperintahkan oleh Belanda untuk melubangi batu cadas tersebut karena menutup akses jalan.
Satu-satunya jalan keluar yakni batu itu harus dilubangi menjadi terowongan. Dengan begitu pembuatan jalan penghubung tidak lagi terhalangi oleh batu cadas tersebut.
Ribuan nyawa pekerja melayang karena tak diberi makan yang cukup selama pengerjaan berlangsung. Tak hanya itu, mereka ditembak jika didapati beristirahat sedikit saja.
Terlepas dari cerita kelam itu, terowongan Sumpang Labbu yang memiliki panjang sekitar delapan meter dan lebar lima meter itu kini menjadi tempat favorit bagi pengendara jika melintas di jalur Makassar – Bone untuk beristirahat.
Di atas terowongan itu ada sebuah vila kecil untuk beristirahat. Jika naik di pagi hari atau sore hari kita dapat melihat langsung keindahan pegunungan yang berada di sepanjang Jalan Poros Makassar-Bone.