INTIMNEWS.COM, PANGKALAN BUN – Kayu-kayu hanyut dari Rawa, yang memenuhi Muara Sungai, bisa menyebabkan pendangkalan sungai hingga makin mengancam masyarakat dan lingkungan sekitar. Tak heran, kala hujan turun, air mudah meluap.
Hujan deras itu menyebabkan Sungai meluap. Bulan ini curah hujan cukup tinggi di Indonesia, termasuk di Kalteng. Bencana banjir ini, dinilai sebagai salah satu dampak pembangunan yang kurang memperhatikan pengelolaan ekosistem dan daerah aliran sungai (DAS).
Anggota DPR RI Fraksi Partai Golkar H Mukhtarudin menyebutkan, ada tiga point penting yang menjadi pertian bersama penyebab terjadinya banjir di Kalimantan, khususnya Kalimantan Tengah (Kalteng).
“Ketiga pangkal menjadi penyebab terjadinya banjir di Kalimantan, khususnya Kalteng karena faktor cuaca dimana saat ini sedang terjadi La Nina,” kata Mukhtarudin.
Saat ini juga terjadi anomali cuaca karena adanya perubahan iklim akibat pemanasan global, kemudian tutupan kawasan hutan atau daerah resapan di Kalimantan, khususnya Kalteng mulai menipis, terutama yang berada di hulu sungai-sungai yang ada.
“Saat ini wilayah Indonesia, sedang terjadi La Nina sehingga mengakibatkan curah hujan cukup tinggi di Indonesia, termasuk di Kalteng,” jelasnya.
“Ini point pertama yang menyebabkan banjir di Kalteng,” kata Anggota DPR RI Dapil Kalteng H Mukhtarudin, saat di konfirmasi via WhatsApp, Selasa (23/11/2021).
Mukharudin mengatakan, penyabab banjir yang kedua di Indonesia, termasuk Kalteng adalah menipisnya tutupan hutan atau daerah resapan.
Tutupan hutan kita sangat berkurang, daerah resapan atau buffer zone banyak yang rusak, khususnya di daerah hulu sungai-sungai yang ada di Kalimantan, termasuk sungai di Kalteng.
“Ini terjadi, karena dampak pembangunan yang lebih mengedepankan pertimbangan ekonomi ketimbang pertimbangan ekosistem atau lingkungan dan ekologi,” ucap dia.
Dirinya menegaskan, banjir yang saat ini terjadi di Kalteng, hingga terjadi dua kali dalam setahun merupakan dampak pembangunan yang hanya berorientasi pada ekonomi.
Banjir ini akibat daripada dampak pembangunan yang berorientasi hanya pada pembangunan ekonomi, tetapi mengabaikan prinsip-prinsip keseimbangan tentang lingkungan.
Lanjut Mukhtarudin, ini harus menjadi evaluasi bersama agar lebih bijak dalam membangun Indonesia, sehingga perlu menjaga keseimbangan terhadap daya dukung lingkungan dengan pertimbangan ekonomi.
Menurut Mukhtarudin, penyebab ketiga terjadi bencana banjir akibat perubahan iklim secara global.
“Perubahan iklim ini terjadi akibat pemanasan global dan ini juga harus menjadi perhatian dunia dan semua pihak, sehingga kedepan dapat dilakukan upaya perbaikan lingkungan,” terang Mukhtarudin.
Target pengurangan efek rumah kaca dan emisi menjadi pekerjaan bersama seluruh stakeholder. Spirit ini tentu menjadi spirit Indonesia pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Glasgow beberapa waktu lalu.
“Jadi inilah yang menjadi catatan kita, sehingga kedepan kita dapat melakukan perbaikan secara berangsur-angsur terhadap lingkungan. Dengan demikian, kita bisa meminimalkan dampak perubahan iklim terhadap ekosistem” pungkas Mukhtarudin. (Yus)