INTIMNEWS.COM, PANGKALAN BUN – Malam yang tenang di Bundaran Tudung Saji, arah Kotawaringin Lama, tiba-tiba berubah mencekam ketika razia mendadak dilakukan oleh tim gabungan Satpol PP, TNI Polri di wilayah Kelurahan Baru, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat. Sejumlah wanita yang berada di lokasi tampak panik, salah satunya adalah Astri (37), wanita asal Banten yang baru tiga bulan tinggal di Pangkalan Bun.
Astri, yang tampak terkejut saat dihampiri petugas, mengaku bahwa hidupnya berubah drastis setelah bercerai dengan suaminya.
“Saya terpaksa bekerja seperti ini karena cerai. Suami saya dulu banyak hutang, dan kami sering bertengkar. Akhirnya, kami bercerai, dan saya harus mencari nafkah untuk anak saya yang masih berusia satu tahun,” ucap Astri, saat di tanya petugas, Jumat (10/11), malam.
Pekerjaan yang dimaksud Astri adalah menemani pria di tempat hiburan untuk sekadar minum-minum. “Penghasilan saya tidak menentu, kadang hanya dapat 50 ribu semalam. Saya cuma menemani minum, saya sendiri tidak minum. Tapi, ya ini cara saya bertahan hidup,” ungkapnya dengan nada pasrah.
Astri mengungkapkan bahwa kebanyakan pria yang datang ke tempatnya bekerja adalah orang-orang yang sama seperti mantan suaminya, yang hanya mencari kesenangan sesaat.
“Rata-rata yang datang itu hidung belang, persis seperti mantan suami saya. Mereka hanya datang untuk mencari hiburan, tapi bagi saya ini adalah cara untuk bisa bertahan hidup,” katanya sambil mengusap wajahnya yang terlihat lelah.
Meski begitu, Astri mengaku razia yang dilakukan pihak Satpol PP membuatnya semakin sulit mencari penghasilan. “Kalau razia terus, saya bisa sepi, Pak. Saya paham kalau ini pekerjaan yang tidak baik, tapi saya tidak punya pilihan lain,” ucapnya kepada petugas.
Petugas Satpol PP yang melakukan razia mengatakan bahwa operasi ini dilakukan untuk menertibkan aktivitas malam di area tersebut yang diduga kerap menjadi tempat transaksi prostitusi terselubung. Mereka menegaskan bahwa penertiban ini akan terus berlanjut demi menjaga ketertiban dan keamanan di wilayah tersebut.
Namun, kisah Astri menggambarkan sisi lain dari realitas sosial yang sering kali luput dari perhatian. Ia hanyalah satu dari sekian banyak wanita yang terjebak dalam situasi sulit, berusaha bertahan hidup dengan cara yang menurutnya paling mungkin, meskipun menyadari bahwa jalannya bukanlah yang ideal.
Di akhir perbincangan, Astri hanya berharap bisa menemukan pekerjaan yang lebih baik dan stabil, sehingga ia bisa memberikan kehidupan yang lebih layak bagi anaknya. “Saya cuma ingin hidup normal lagi, untuk anak saya. Saya berharap ada kesempatan yang lebih baik untuk saya,” ucapnya dengan mata penuh harap.
Razia seperti ini mungkin akan terus dilakukan, namun kisah di baliknya menunjukkan bahwa ada masalah sosial yang lebih mendalam yang membutuhkan perhatian, bukan hanya penegakan aturan.
Penulis : Yusro
Editor : Maulana Kawit