INTIMNEWS.COM, PALANGKA RAYA – Staf Ahli (Sahli) Gubernur Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Pembangunan, Yuas Elko, mengikuti Rapat Koordinasi (Rakor) virtual yang membahas Pengendalian Inflasi Daerah Tahun 2024. Rapat ini dilaksanakan bersama Plt. Sekretaris Jenderal Kementerian Dalam Negeri RI di Ruang Rapat Bajakah, Lantai 2 Kantor Gubernur Kalimantan Tengah, Palangka Raya, pada 1 Juni 2024.
Dalam rapat tersebut, Plt. Sekretaris Jenderal Tomsi Tohir menyampaikan data inflasi Mei 2024 yang dirilis BPS RI sehari sebelumnya, yang mengindikasikan adanya penurunan inflasi Indonesia dari 3,00% menjadi 2,84%. Ia mengakui penurunan ini merupakan hasil positif dari kerja sama semua pihak, namun perlu diperhatikan bahwa beberapa komoditas, khususnya cabai dan bawang merah, memerlukan pengelolaan yang lebih efektif.
Tomsi menekankan pentingnya memastikan kedatangan barang impor tepat waktu dan distribusi yang baik, dengan menyatakan, “Hal ini sangat memengaruhi fluktuasi inflasi kita baik secara mingguan maupun bulanan. Oleh karena itu, kita harus tetap proaktif dalam merencanakan dan menanggapi setiap perubahan atau situasi yang muncul.”
Dalam paparannya, Pudji Ismartini, Deputi Bidang Statistik dan Layanan BPS RI, melaporkan deflasi bulanan sebesar 0,03% pada Mei 2024. Ia membandingkannya dengan bulan yang sama pada tahun 2023 yang mengalami inflasi sebesar 2,84%, dan mencatat bahwa laju inflasi tahun kalender hingga Desember 2023 sebesar 1,15%. Ia lebih lanjut menjelaskan bahwa deflasi yang terjadi pada Mei 2024 merupakan yang pertama kali terjadi sejak Agustus 2023, dengan sektor makanan, minuman, dan tembakau menjadi penyumbang deflasi terbesar, yakni turun sebesar 0,29% dan berkontribusi sebesar 0,08% terhadap laju deflasi keseluruhan.
Selain itu, ia mengungkapkan komoditas yang menyumbang deflasi pada Mei 2024 antara lain beras yang menyumbang deflasi paling tinggi yakni sebesar 0,15%. Daging ayam ras dan ikan segar masing-masing menyumbang 0,03%, sedangkan tomat dan cabai rawit masing-masing menyumbang 0,02%. “Komoditas lain yang juga menyumbang deflasi pada Mei antara lain tarif angkutan antarkota, tarif angkutan udara, dan tarif kereta api,” tutur Pudji.
Ia juga mencatat ada beberapa komoditas yang menyumbang inflasi, yakni emas perhiasan, bawang merah, dan cabai merah yang masing-masing menyumbang inflasi sebesar 0,05%. Dari sisi inflasi tahunan, kelompok makanan, minuman, dan tembakau memberikan dampak inflasi terbesar yakni sebesar 6,18% dengan sumbangan 1,75%. Komoditas yang menyumbang inflasi tahunan paling tinggi antara lain beras, bawang merah, cabai merah, sigaret kretek mesin, dan daging ayam ras.
Secara regional, 24 dari 38 provinsi di Indonesia melaporkan inflasi pada Mei 2024, sementara 14 provinsi mengalami deflasi. “Inflasi tertinggi terjadi di Papua Selatan sebesar 2,00%, sedangkan deflasi paling dalam terjadi di Banten sebesar 0,52%,” pungkasnya.
Sementara itu, Tenaga Ahli Gubernur Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Pembangunan Yuas Elko seusai rapat koordinasi mengatakan inflasi Kalimantan Tengah masih relatif stabil di angka 0,22%.
“Namun, hal ini tidak boleh membuat kita berpuas diri, kita harus terus berupaya menjaga dan menstabilkan harga agar inflasi di Kalimantan Tengah tidak sampai ke kategori tertinggi,” tegas Yuas.
Rapat koordinasi tersebut juga dihadiri oleh Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Provinsi Kalimantan Tengah Sri Widanarni, beserta perwakilan dari Forkopimda Provinsi Kalimantan Tengah, instansi vertikal, dan para kepala OPD terkait.
Penulis: Redha
Editor: Andrian