INTIMNEWS.COM, PANGKALAN BUN – Penjabat Bupati Kotawaringin Barat, Budi Santosa, kembali menekankan pentingnya harmonisasi dalam pelaksanaan intervensi gizi sensitif dan spesifik dalam upaya penurunan angka stunting di wilayahnya. Dalam pertemuan dengan sejumlah pejabat dan pemangku kepentingan kesehatan di Pangkalan Bun, Budi Santosa menegaskan bahwa upaya penurunan stunting harus lebih efektif, sistematis, dan terencana.
“Upaya penurunan stunting harus lebih efektif, sistematis, dan terencana. Sebab, pada 2024 mendatang, telah ditetapkan target penurunan prevalensi stunting di angka 14 persen secara nasional, dan untuk Kabupaten Kotawaringin Barat sebesar 12,49 persen,” tegas Budi Santosa, Selasa (16/7/2024).
Dalam pertemuan tersebut, Budi Santosa menjelaskan bahwa intervensi gizi sensitif dan spesifik harus dilakukan secara terintegrasi dengan melibatkan berbagai sektor, termasuk kesehatan, pendidikan, dan pertanian. “Pendekatan holistik yang melibatkan berbagai sektor sangat penting untuk mencapai target penurunan stunting ini. Kita tidak bisa bekerja sendiri-sendiri, harus ada koordinasi yang baik antar sektor,” tambahnya.
Budi Santosa juga menyampaikan bahwa Pemkab Kotawaringin Barat telah menyusun berbagai program dan strategi untuk mendukung upaya penurunan stunting ini. Salah satunya adalah program pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil dan balita, serta kampanye edukasi gizi di berbagai puskesmas dan sekolah.
“Kami telah melakukan berbagai program intervensi, seperti pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil dan balita yang berisiko stunting. Selain itu, kami juga rutin mengadakan kampanye edukasi gizi di puskesmas dan sekolah-sekolah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi yang seimbang,” jelas Budi Santosa.
Tidak hanya itu, Pemkab Kotawaringin Barat juga bekerja sama dengan berbagai lembaga dan organisasi, termasuk BKKBN, untuk memperkuat program keluarga berencana yang berperan penting dalam penurunan stunting. “Kerja sama dengan BKKBN sangat penting dalam program keluarga berencana, karena perencanaan keluarga yang baik dapat mencegah stunting sejak dini,” ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, Kepala Dinas Kesehatan Kotawaringin Barat, Achmad Rois, juga memaparkan beberapa data terkini terkait prevalensi stunting di daerahnya. “Saat ini, prevalensi stunting di Kotawaringin Barat berada di angka 17 persen. Dengan upaya yang terus kita lakukan, kami optimis dapat menurunkan angka ini sesuai target yang telah ditetapkan,” kata Rois.
Ia juga menambahkan bahwa pihaknya akan terus melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan program intervensi gizi sensitif dan spesifik. “Pemantauan dan evaluasi rutin sangat penting untuk memastikan bahwa program-program yang kita laksanakan berjalan sesuai dengan rencana dan memberikan dampak yang diharapkan,” pungkasnya
Dengan berbagai upaya yang telah dan akan dilakukan, Pemkab Kotawaringin Barat optimis dapat mencapai target penurunan stunting yang telah ditetapkan. Budi Santosa mengajak seluruh masyarakat dan pemangku kepentingan untuk bersama-sama mendukung program ini demi masa depan generasi yang lebih sehat dan cerdas.
Sementara Kepala Perwakilan BKKBN Kalimantan Tengah, Jeanny Yola Winokan, menyampaikan pentingnya optimalisasi pelaporan data dan kolaborasi antar lembaga/dinas terkait upaya intervensi sensitif dan spesifik, yang berjumlah 54 indikator. “Peraturan tentang stunting sudah ada, SK TPPS ada, komitmen ada, namun implementasinya harus lebih ditingkatkan lagi serta dari sisi manajerialnya yang harus lebih dimaksimalkan,” ujar dr. Jeanny.
Menanggapi hal tersebut, Pj Bupati Budi Santosa menekankan pentingnya harmonisasi dalam pelaksanaan intervensi gizi sensitif dan spesifik. “Upaya penurunan stunting harus lebih efektif, sistematis, dan terencana. Sebab, pada 2024 mendatang, telah ditetapkan target penurunan prevalensi stunting di angka 14 persen secara nasional, dan untuk Kabupaten Kotawaringin Barat sebesar 12,49 persen,” tegas Budi Santosa.
Budi Santosa juga menekankan pentingnya sinergi dan kolaborasi pentahelix (akademisi, swasta, masyarakat, pemerintah, dan media) antar sektor, baik sektor kesehatan maupun non-kesehatan. Hal ini untuk memastikan upaya penurunan stunting dapat berjalan dengan baik dan mencapai target yang telah ditetapkan.
Ketua DPRD Kobar, M. Rusdi Gozali, menyampaikan komitmennya dalam mendukung percepatan penurunan stunting di Kobar. “Angka stunting menjadi dasar bagi pemerintah dalam membentuk sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga perlu kerja cepat dan nyata. Libatkan semua stakeholder, masyarakat, hingga di tingkat bawah untuk penanganan stunting,” ujarnya.
Dalam kegiatan tersebut, Pj Bupati Kobar Budi Santosa didampingi oleh Sekretaris Daerah Rody Iskandar. Rody menekankan bahwa rembuk stunting merupakan kegiatan penting dalam mengantisipasi bertambahnya balita stunting dan strategi penanganannya. “Rembuk stunting merupakan tahapan dari pelaksanaan 8 aksi percepatan penurunan stunting terintegrasi,” jelasnya.
Rody berharap adanya kerja sama antar perangkat daerah, pemerintahan kecamatan dan desa, tokoh masyarakat, serta dunia usaha dalam mengatasi masalah stunting di Kabupaten Kotawaringin Barat. “Melalui momentum rembuk stunting ini, kami sangat berharap komitmen kita semua, terutama kepada para peserta rapat aksi konvergensi percepatan penurunan stunting dan semua lini untuk fokus pada keluarga 1.000 hari pertama kehidupan,” kata Rody Iskandar.
Dalam kesempatan yang sama, Pj Bupati Budi Santosa menyebutkan terdapat 13 desa dari 3 kecamatan, yakni Kecamatan Arut Selatan, Kecamatan Kumai, dan Kecamatan Pangkalan Banteng, yang menjadi calon lokus stunting tahun 2025 dan memerlukan perhatian khusus dari pemerintah daerah, masyarakat, maupun perusahaan swasta di Kobar. “Prevalensi stunting di Kabupaten Kobar paling rendah di Provinsi Kalimantan Tengah dan di bawah angka nasional. Hal ini patut kita banggakan,” ucap Budi Santosa.
Pj Bupati Budi Santosa berharap kecamatan-kecamatan dapat selalu berkoordinasi dan bersilaturahmi dengan perusahaan-perusahaan terkait masalah stunting ini. Di akhir acara, dilakukan penyerahan piagam penghargaan kepada pemerintah desa yang memiliki kinerja baik dalam konvergensi penurunan stunting di Kobar.
Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat terus mengintensifkan upaya dalam percepatan penurunan angka stunting di daerahnya. Salah satu strategi yang diterapkan adalah pelaksanaan kegiatan pengukuran dan intervensi serentak pencegahan stunting, melalui kolaborasi lintas sektor dan lintas program terkait, mulai dari tingkat kabupaten, kecamatan, hingga desa.
Sekda Rody Iskandar menyampaikan bahwa pengukuran dan intervensi serentak diharapkan dapat menjadi pembelajaran dalam melakukan intervensi yang tepat. “Percepatan penurunan stunting saat ini merupakan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia dan salah satu tujuan pembangunan nasional, dengan target prevalensi stunting pada balita sebesar 14 persen secara nasional pada tahun 2024, dan target Kabupaten Kobar sebesar 12,49 persen pada tahun 2024,” kata Rody.
Hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023 menunjukkan prevalensi stunting di Kobar mencapai 17,9%, dengan target 15,57%. “Meskipun capaian prevalensi stunting dari tahun ke tahun mengalami penurunan secara konsisten, kita harus tetap serius dan konsisten untuk mencapai target yang telah kita tetapkan di tahun 2024,” pesan Rody. Dengan berbagai upaya yang dilakukan, diharapkan Kabupaten Kobar dapat mencapai target penurunan prevalensi stunting dan berkontribusi positif terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia. (Adv)
Penulis : Yusro
Editor : Maulana Kawit