INTIMNEWS.COM, PALANGKA RAYA – Ribuan orang yang terdiri dari berbagai organisasi masyarakat (Ormas) Dayak di Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) menggelar aksi damai di Bundaran Besar, Palangka Raya pada Jum’at, 26 November 2021 Pagi.
Aksi tersebut adalah dalam rangka penolakan keberadaan Ormas Tariu Borneo Bangkule Rajakng (TBBR) di Kalteng. Koordinator Lapangan (Korlap) aksi damai, Bambang Irawan saat diwawancarai oleh sejumlah awak media mengatakan bahwa ada beberapa alasan penolakan keberadaan Ormas tersebut.
Dia mengatakan bahwa selama ini ormas tersebut tak pernah berkoordinasi baik itu dengan sesama ormas Dayak di Kalteng, lembaga adat bahkan juga dengan masyarakat.
“Kami sangat sesalkan hal itu, dan juga adat yang mereka bawa bukan adat budaya orang Kalteng. Kita sama-sama orang Dayak, namun adat istiadat kita masing-masing punya,” ucap Bambang Irawan.
Dia menambahkan bahwa aksi damai tersebut juga merupakan bentuk keprihatinan terhadap keberadaan ormas TBBR di Kalteng.
Sehingga mereka meminta agar ormas TBBR dipersilahkan untuk berkembang di tempat berdirinya yakni Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) dan pihaknya akan support, tapi jangan di Kalteng karena dia menilai apa yang dilakukan TBBR di Kalteng bertentangan dengan falsafah huma betang.
“Kita sesama Dayak harus bersatu saya sepakat. Orang Dayak akan bersatu apabila Gong/Garantung ditabuh, orang Dayak akan bersatu tanpa memandang ormas. Karena banyak kejadian-kejadian dimana orang Dayak bersatu, tanpa ada Komando maupun ormas-ormas yang mengatur, ” lanjut Bambang.
Adapun alasan lainnya adalah bahwa ormas TBBR dalam melakukan bahasa Tawur salah satunya. Dimana bahasa Tawur merupakan bahasa sangiang, dimana bahasa sangiang yang mereka lakukan adalah bahasa dari Kalbar sehingga hal tersebut dinilai tak sesuai jika dilakukan di Kalteng.
Kemudian lanjut Bambang, hal selanjutnya adalah Penancapan Pantak oleh TBBR, hal tersebut merupakan bentuk penghormatan mereka kepada leluhur mereka, serta sebagai bentuk penguasaan wilayah mereka.
“Apakah orang Kalteng mengerti itu? tidak. Pantak yang mereka tancapkan ini menunjukan mereka ingin menanamkan bahwa ini merupakan wilayah atau teritorial mereka, itu tidak pas. Kita orang Dayak Kalteng, hidup bersama dan tidak ada mempengaruhi sesama Dayak dan juga tidak juga menginjak-injak sesama Dayak, ” tegas Bambang.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ketua Kerukunan Dayak Ngaju Kahayan, Andreas Djunaedy ApankBontang bahwa terkait dengan penolakan TBBR di Kalteng pihaknya menilai bahwa ormas tersebut bertentangan dengan adat istiadat di Kalteng.
“Karena adat budaya kita di Kalteng ini berbeda-beda dan beragam. Kalau dari TBBR, yang saya lihat mereka cenderung memaksakan budaya-budaya mereka itu seperti pemasangan Pantak, musik. Seperti ada kesan ingin menggeser adat istiadat orang sini (Kalteng), ” ucap Andreas.
Sementara itu, terkait dengan keberadaan ormas TBBR sebelumnya, dia mengatakan bahwa pernah ada rencana jauh-jauh hari untuk melakukan mediasi. Hanya saja dia menilai bahwa ormas tersebut sulit untuk bisa berkoordinasi.
Sehingga dia berharap kepada para pemangku kebijakan di Kalteng khususnya, pihaknya menuntut TBBR bukan secara luas tapi TBBR yang ada di Kalteng agar dapat dibubarkan.
Sementara itu setelah melakukan orasi, perwakilan dari massa aksi damai menyerahkan tuntutan sikap kepada stakeholder terkait. Salah satunya kepada Kesbangpol Provinsi Kalteng yang diterima oleh Plt Kesbangpol Provinsi Kalteng, HM Katma F. Dirun.