INTIMNEWS.COM, PANGKALAN BUN – Wakil Ketua Fraksi Golkar Bidang Industri dan Pembangunan (Inbang) DPR, Mukhtarudin, menegaskan pentingnya percepatan pengembangan industri pengolahan sagu nasional. Potensi besar sagu, terutama di Papua, dinilai dapat meningkatkan nilai tambah ekonomi dan menyerap tenaga kerja secara signifikan.
“Pengembangan industri sagu akan memberikan multiplier effect yang nyata bagi perekonomian nasional,” ujar Mukhtarudin, Rabu (30/7).
Politisi Golkar asal Kalimantan Tengah ini juga menyampaikan bahwa Indonesia memiliki luas lahan sagu terbesar di dunia, dengan sekitar 5,5 juta hektar dari total 6,5 juta hektar lahan sagu global. Namun, pemanfaatannya masih rendah.
Simposium Nasional Industri Pengolahan Sagu 2024
Dalam acara Simposium Nasional Industri Pengolahan Sagu 2024, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkapkan bahwa pasar global untuk pati sagu diprediksi tumbuh hingga 560 miliar dolar AS pada 2031. Agus menegaskan bahwa Indonesia harus mengambil peran aktif dalam pasar ini.
“Kita harus berpikir out of the box untuk mempercepat pengembangan industri sagu di Indonesia,” ujar Agus dalam pembukaan simposium tersebut.
Kementerian Perindustrian berkomitmen untuk meningkatkan hilirisasi sagu melalui diversifikasi produk, fasilitasi kerja sama antar industri, serta program sertifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). Selain itu, Kemenperin juga mendorong program restrukturisasi mesin dan peralatan bagi industri pengolahan sagu.
Kerja Sama Pengembangan Beras Analog Sagu
Dalam rangkaian acara simposium, dilakukan penandatanganan perjanjian kerja sama pengembangan beras analog sagu instan antara Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan dengan Pusat Riset Agro Industri Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Penandatanganan ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam mendorong hilirisasi industri sagu yang tidak hanya terbatas pada produk pangan, tetapi juga produk non-pangan seperti bioenergi.
Mukhtarudin berharap bahwa pengembangan sagu dapat menjadi alternatif sumber karbohidrat yang strategis bagi Indonesia dan dunia. “Dengan potensi besar yang kita miliki, Indonesia dapat menjadi pemasok pati terbesar di dunia,” pungkasnya.
Penulis: Yusro
Editor: Andrian