INTIMNEWS.COM, PALANGKA RAYA – Panasnya terik matahari waktu itu sangat menyilaukan mata, aku berjalan di sebuah lahan yang luas di tengah-tengah kebun buah yang terletak di Jalan Mahir Mahar (Lingkar Luar) Km. 8 Kota Palangka Raya.
Tempat tersebut cukup jauh dari jalan raya, terasa sunyi namun damai dan tanpa kebisingan suara bising kendaraan yang sudah menjadi ciri khas sebuah kota. Nuansa alam di tempat itu terasa sangat alami, serasa bernostalgi dengan kampung halamanku.
Waktu terus berjalan, panasnya matahari seakan mampu menembus jaket hitam yang ku pakai. Sementara itu jam tangan menunjukan waktu sekitar pukul 11.30 WIB, Kamis, 26 Agustus 2021. Kemudian aku berjalan mendekati sebuah pendopo yang berada dalam areal kebun tersebut.
Angin sejuk kembali bertiup, sedikit mendinginkan badan yang telah terpapar panasnya matahari saatku dalam perjalanan ketempat tersebut. Maklum saja, dari tempat tinggal ku berjarak sekitar 10 kilometer dari kebun buah tersebut.
Sembari menunggu narasumber yang merupakan pemilik kebun buah itu punya waktu luang untuk diwawancarai, aku duduk di pendopo tersebut sembari menikmati secangkir kopi dan mengetik berita. Maklum, saat itu narasumber tersebut sedang mendampingi para pejabat Pemerintahan yang sedang mengikuti panen buah bersama.
Tak lama berselang, narasumber tersebut datang. Dia adalah Suroso, pria yang merupakan pemilik kebun buah “Larosa” yang menjadi tempat panen bersama. Penampilannya sederhana, mengenakan kaos lengan panjang dan celana selutut warna hitam serta topi yang menutupi rambutnya yang agak gondrong.
Sekilas jika orang melihat sosok pria ini, mungkin biasa-biasa saja. Namun siapa sangka pria ini merupakan salah seorang pengusaha muda, dimana salah satu komoditas di kebunnya adalah Jambu Kristal, yang saat ini bisa dikatakan menjadi salah satu bahan untuk membuat menu rujak, yang sedang naik daun dan banyak dijual oleh para pedagang di Palangka Raya.
Tanpa basa-basi lagi aku segera mewawancarainya, maklum saat itu ada beberapa berita yang belum dibuat. Setelah kusodorkan handphone dan mulai merekam pembicaraannya, dia mulai menyampaikan awal mula usaha yang saat ini digelutinya.
Dia mengatakan bahwa usaha kebun buah-buahan tersebut sudah digelutinya sejak empat tahun yang lalu atau sekitar tahun 2017.
“Saya membangun dari awal sudah empat tahun yang lalu, kalau untuk pemasarannya baru satu tahun yang lalu,” ucap Suroso.
Di lahan kebun miliknya yang memiliki luas kurang lebih 8 hektar tersebut, ada berbagai macam jenis buah-buahan hingga budidaya madu kelulut. Namun salah satu komoditas utama dari kebun miliknya adalah Jambu Kristal, dimana ada sekitar 3.000 pohon yang ditanam di kebun miliknya.
Dia mengatakan bahwa dalam usia satu tahun saja, Jambu Kristal minimal mampu menghasilkan buah sekitar 10 kilogram, sehingga dari jumlah tersebut total produksi Jambu Kristal di kebunnya mencapai angka sekitar 30 ton per tahun.
Adapun dalam satu tahun dilakukan sekitar dua kali panen, sehingga jika dengan harga dari kebunnya langsung Jambu Kristal per Kilogram nya adalah Rp. 25.000 maka hanya tinggal dikalikan saja dengan 30 ton dan itulah omzet yang dia peroleh setiap tahunnya.
Kemudian pemasarannya saat ini bisa dibilang hanya untuk wilayah Kota Palangka Raya saja, karena dia menilai jumlah produksi di kebunnya masih jauh dari kata mencukupi permintaan masyarakat. Sehingga bisa dikatakan usaha kebun Jambu Kristal mempunyai prospek yang bagus kedepannya.
“Jadi sebenarnya saya bikin kebun ini, salah satunya untuk menginspirasi generasi-generasi muda di daerah kita, terutama bagi orang tuanya yang punya tanah banyak daripada terbengkalai dan pas musim kemarau bisa kena karhurtla, lebih baik dibikin kebun. Karthutlanya gak kena, nantinya bisa jadi sumber income bagi mereka,” tutur Suroso.
Dia menilai jika ada 100 orang pengusaha muda seperti dirinya ada di Palangka Raya maka, bisa dikatakan tak perlu lagi harus mendatangkan buah-buahan dari luar daerah untuk memenuhi permintaan masyarakat. Selain itu tak tanggung-tanggung, dia juga menghibahkan tanah sekitar 1,5 hektar untuk Pemerintah dalam hal ini melalui Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga Kota Palangka Raya dengan harapan nantinya dapat dijadikan wisata agro.
“Mudah-mudahan nantinya dapat dibangun wisata agro kebanggaan kota Palangka Raya, saya juga sebenarnya ingin menginspirasi generasi muda agar dapat berbuat yang terbaik untuk Negara ini,” lanjutnya.
Selain itu dengan usaha tersebut dia berharap agar dapat merubah mindset pada umumnya, bahwa lahan gambut yang biasanya ditakuti atau bahkan dicibir karena menjadi penyebab karhutla jika dikelola dengan baik justru akan mendatangkan kebaikan dan nilai tambah.
Sehingga kadang keberadaan lahan gambut justru hampir dilupakan, karena dia meng ibaratkan lahan gambut seperti sebuah permata yang berada di dalam lumpur. Dari jauh terlihat tak bernilai, namun ketika kita benar-benar melihat secara dekat maka disana akan ada sesuatu yang sangat bernilai.
“Jadi para anak muda, para pemuda di Kalteng khususnya, jangan berkecil hati dengan lahan gambut yang sering dicibir orang. Lahan gambut itu potensi besar, untuk kita bisa merubah Kalteng bahkan Indonesia untuk menjadi lebih baik untuk bisnis Agrowisata yang luar biasa,” tutup Suroso.