INTIMNEWS.COM, PANGKALAN BUN – Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi hasil perkebunan yang mempunyai peran penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia termasuk juga di Kabupaten Kotawaringin Barat Provinsi Kalimantan Tengah. Kelapa sawit juga merupakan salah satu komoditas ekspor yang cukup penting sebagai penghasil devisa negara sesudah minyak dan gas.
Banyaknya lahan perkebunan tanaman kelapa sawit yang sudah tidak menghasilkan atau istilahnya tanaman tidak menghasilkan (TTM) atau memasuki tahap peremajaan menjadi salah satu kekuatan bagi usaha industri rumah tangga gula merah dari nira kelapa sawit. Batang sawit dapat menghasilkan nira sawit untuk dijadikan gula merah yang memiliki nilai ekonomi.
Gula merah dari nira sawit memiliki potensi nilai ekonomi yang cukup besar selain untuk membantu biaya hidup atau pendapatan petani selama sawit masih dalam masa belum menghasilkan.
Menurut Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Kobar, Yudhi Hudaya, kaji tiru pembuatan gula merah dari Nira batang kelapa sawit, dan ini inovasi baru, karena memanfaatkan bahan baku nira dari pohon kelapa sawit tua.
“Terbilang unik, mengingat tumbuhan dengan nama ilmiah “elais guinensiss jacq” dari keluarga “palmae” ini, biasa dimanfaatkan buahnya untuk diproses menjadi minyak goreng, margarin, biosolar, bahan baku kosmetik, dan produk turunan lainnya,” kata Yudhi Hudaya, Sabtu (18/6/2022).
Peningkatan peran lembaga kemasyarakatan desa dan Kelompok Tani serta koperasi dalam pemulihan ekonomi, peningkatan pendapatan masyarakat dan pengurangan angka kemiskinan desa, melalui pemanfaatan teknologi dalam memanfaatkan batang kelapa sawit yang telah memasuki masa replanting, mengambil air nira batang kelapa sawit yang diolah menjadi gula merah.
“Yang pada akhirnya diharapkan mampu memberikan peningkatan pada pendapatan petani kelapa sawit itu sendiri,” terang Yudhi Hudaya.
Lanjut Yudhi, gula merah nira kelapa sawit adalah salah satu olahan dari nira kelapa sawit yang dihasilkan dari
proses penyadapan batang kelapa sawit yang sudah tumbang, yang mampu “menyulap” nira kelapa sawit menjadi gula merah bernilai ekonomis tinggi.
Bahkan terang Yudhi Hudaya, menjadikan gula merah dari kelapa sawit, sebagai produk andalan usaha keluarga, yang dikelola oleh keluarganya sendiri.
Menurut Yudhi Hudaya, ide membuat gula merah berbahan baku nira kelapa sawit, didasarkan keprihatinan melihat banyaknya batang kelapa sawit tua, justru terbuang sebagai limbah. “Sebab banyak batang sawit tua dibiarkan terbuang, setelah tidak lagi menghasilkan buah,” jelasnya.
“Dari situlah, peran lembaga kemasyarakatan desa dan Kelompok Tani serta koperasi bisa mencoba yang nantinya bisa mengumpulkan nira dari pucuk sawit, lalu memasaknya, hingga akhirnya menjadi gula merah siap jual,” imbuh Yudhi.
Menurutnya, proses pembuatan gula merah berbahan baku nira kelapa sawit, hampir sama seperti membuat gula merah berbahan baku nira aren, kelapa, lontar, maupun tebu. Hanya saja perbedaannya, pembuatan gula merah dari nira kelapa sawit, justru memanfaatkan tanaman berusia di atas 15 tahun, yang sudah tidak lagi produktif berbuah.
“Sebenarnya bisa saja memanfaatkan nira dari tanaman sawit muda. Tapi kualitas gula merah dan rasa manis yang dihasilkan, tentunya tidak sebaik olahan nira dari pohon sawit tua,” tukasnya.
Selain itu, sangat tidak mungkin mengorbankan tanaman sawit muda hanya untuk diambil niranya saja. Padahal harga buah sawit cenderung lebih mahal dibandingkan gula merah.
Mengenai proses pembuatan gula merah dari kelapa sawit itu sendiri, lanjutnya. Mula-mula pohon kelapa sawit yang telah tumbang, dibelah bagian pucuknya. “Pada bagian pucuknya inilah, cairan getah layaknya air nira, akan menetes dengan sendirinya,” ungkapnya.
Bahkan jika kondisi tanaman relatif baik, menurutnya, nira kelapa sawit bisa terus menetes hingga 30 hari, dan mampu menghasilkan tiga liter nira dalam sehari. Dari situ, nira kelapa sawit dikumpulkan ke dalam wadah, lalu disaring untuk menghilangkan kotoran, untuk kemudian dimasak dalam kuali besar.
Dia juga yakin, itu sangat potensial untuk dikembangkan dan diproduksi dalam skala besar, mengingat terbukanya pangsa pasar, dan populasi kelapa sawit yang relatif besar, dibandingkan aren, kelapa, ataupun lontar. “Bagi saya, rasa gula merah dari sawit juga lebih enak dibandingkan gula merah lain. Selain lebih manis, aromanya juga lebih wangi,” pungkasnya.
Penulis: Yusro
Editor: Andrian