INTIMNEWS.COM, ATAMBUA – Bupati Belu dr. Taolin Agustinus, Sp.PD-KGEH., FINASIM., hadir dalam kegiatan sosialisasi E.Arsip Berbasis Digital Sistem Informasi Kearsipan Dinamis Integritas (SRIKANDI) di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan.
Bupati Belu memberikan suport dan memantau langsung program-program serta kendala di perpustakaan Atambua, Jumat 16 Juli 2021.
Dari pantauan awak media, terlihat diskusi hangat Bupati bersama PLT Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan serta pegawai guna membahas persoalan yang dihadapi serta program-program yang dilakukan dalam masa pandemi Covid-19.
“Perpustakaan di era digitalisasi apalagi di masa pandemi Covid-19 sangat berkurang, sehingga disepelekan oleh masyarakat akan tetapi sebaliknya sangat penting karena kita harus mempunyai orang-orang kompeten,” kata Bupati.
Ia menyampaikan, akan mengirimkan masyarakat yang bisa melanjutkan sekolahnya untuk mendapatkan gelar yang lebih tinggi. “Itu dimulai dari sekolah dan tentunya didukung dengan fasilitas seperti perpustakaan untuk menimba ilmu pengetahuan ,” ujar Bupati Belu dr. Taolin Agustinus.
Bupati mengungkapkan penerapan Srikandi ini untuk memberikan akses terhadap masyarakat agar lebih mudah dalam hal transparansi untuk buka data.
Sementara itu, PLT Kadis Perpustakaan dan Kearsipan Jony Antonio Martins, S.STP. menyampaikan, beberapa program serta keluhan kepada Bupati Belu dalam tayangan slide.
“Fenomena yang sangat berpengaruh terhadap aktifitas pembangunan adalah pertambahan penduduk usia pelajar dan usia produktif, perubahan perilaku masyarakat usia sekolah dan produktif lebih suka menggunakan fasilitas internet dari pada membaca buku perpustakaan,” terang PLT kadis perpustakaan dan kearsipan Jony Antonio Martins.
Kegiatan yang dilakukan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan dalam meningkatkan minat baca yaitu dengan cara promosi, membangun taman baca, layanan baca perpustakaan keliling.
Bekerja sama dengan TNI Polri dalam rangka perpustakaan keliling, serta minat baca dengan melakukan lomba cerita rakyat, lomba pidato, lomba duta baca, lomba mewarna dan lomba perpustakaan sekolah.
“Kendala yang dihadapi sekarang, rendahnya minat baca masyarakat, belum ada jabatan fungsional dan pustakawan, belum memiliki gedung yang representatif dan sesuai dengan standard, keterbatasan anggaran untuk pengadaan bahan pustaka, dan kita belum mempunyai ruang transit buku dan tenaga operator perpustakaan yang bersifat sukarela sejak tahun 2016, 4 orang dengan menggunakan SK kepala dinas,” pungkasnya.