INTIMNEWS.COM, PANGKALAN BUN – Bencana banjir masih menjadi kendala dan momok bagi masyarakat Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar). Meski saat ini debit air di daerah langganan banjir di Kecamatan Arut Utara, Pangkalan Banteng, dan Kotawaringin Lama (Kolam) sudah mulai normal.
Kondisi terbalik justru menghantui wilayah perkotaan. Pasalnya saat hujan deras turun dengan durasi lama, beberapa titik di wilayah perkotaan justru tergenang hingga masuk ke permukiman warga.
Berdasarkan hasil analisis data BMKG dengan Impack Based Forecast (IBF) serta BNPB dengan InaRisk, maka bencana banjir ini perlu diwaspadai.
Terlebih dari Data Informasi Bencana Indonesia (DIBI), Kabupaten Kotawaringin Barat dan Kabupaten Sukamara Provinsi Kalteng masuk dalam 10 besar daerah dengan tingkat historikal banjir tertinggi secara nasional.
Untuk itu Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kotawaringin Barat mengeluarkan peringatan dini siaga banjir.
Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Kobar Martogi Sialagan mengatakan, bahwa BPBD Kobar sudah melakukan mitigasi bencana di wilayah-wilayah yang terdampak banjir untuk langkah antisipasi.
“Tim TRC BPBD selalu tanggap dan siap siaga 1x 24 jam di pos komando untuk melayani masyarakat apabila ada info bencana, dan kita juga telah melakukan mitigasi kebencanaan,” ujarnya, Sabtu (6/8/2022).
Kepala Stasiun Meteorologi (Stamet) Iskandar Pangkalan Bun, Aqil Ikhsan menjelaskan berdasarkan prakiraan berbasis dampak hujan lebat wilayah Kalimantan Tengah, Kotawaringin Barat masuk dalam siaga bencana banjir
Selain itu, berdasarkan Data Informasi Bencana Indonesia (DIBI) Kabupaten Kobar dan Kabupaten Sukamara merupakan 10 besar daerah dengan tingkat historikal banjir tertinggi.
“Bagi pemerintah daerah untuk dapat diambil langkah-langkah antisipasi dan kesiapsiagaan,” imbuanya.
Antisipasi dan kesiapsiagaan dilakukan dengan memantau kondisi terkini lapangan dan menyebarkan informasi peringatan (curah hujan, tinggi muka air) dan potensi risiko (wilayah genangan).
Kemudian melakukan koordinasi dengan stakeholder dalam mobilisasi tim siaga bencana dan sumberdaya, serta menyiapkan tempat pengungsian termasuk infrastruktur pengungsian sesuai protokol kesehatan.
Selain itu, menyiapkan kebutuhan logistik dan peralat, serta membantu evakuasi kelompok rentan bila terjadi bencana.
Sementara untuk tingkat masyarakat dapat mengambil langkah, menyiagakan tim siaga bencana dengan memantau kondisi terkini lapangan, koordinasi dengan aparatur Desa, menyiapkan evakuasi.
“Bila berada di luar rumah hindari pohon besar, baleho, dan saluran air serta gorong-gorong, dan selamatkan atau menyimpan barang-barang penting ke tempat yang aman,” pungkasnya.
Penulis: Yusro
Editor: Andrian