INTIMNEWS.COM, PANGKALAN BUN – Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) terus menunjukkan komitmennya dalam pembangunan desa dan kawasan perdesaan yang berkelanjutan.
Salah satu bukti nyata keberhasilan ini adalah pencapaian status “Mandiri” yang diraih oleh Kawasan Wisata Agro-Mina Wisata berdasarkan hasil pengukuran Indeks Perkembangan Kawasan Perdesaan (IPKP) 2024.
Kawasan ini meraih skor 73,52 dan masuk dalam kategori “berdaya saing tinggi”, menjadikannya salah satu dari lima kawasan perdesaan di Indonesia yang mampu mencapai kategori ini dari total 62 Kawasan Perdesaan Prioritas Pembangunan Nasional (KPPPN).
Pencapaian ini menjadi tonggak penting bagi Kotawaringin Barat, terutama dalam upaya meningkatkan kemandirian ekonomi berbasis potensi lokal, sekaligus menempatkan kabupaten ini sebagai model pembangunan kawasan perdesaan yang tangguh di tingkat nasional.
Wisata Agro-Mina Wisata: Contoh Sukses Pembangunan Perdesaan
Kawasan Wisata Agro-Mina Wisata, yang terletak di pesisir Kumai, berhasil mencatatkan kemajuan signifikan terutama di dimensi ekonomi dan jaringan sarana prasarana. Kawasan ini dikenal dengan pengelolaan wisata agro yang memadukan sektor perikanan dan pertanian dalam satu konsep terpadu, sehingga mampu menggerakkan ekonomi masyarakat lokal secara berkelanjutan.
Selain itu, dukungan infrastruktur yang memadai seperti jalan penghubung antar desa, fasilitas wisata, serta tempat pelelangan ikan (TPI) turut berperan besar dalam meningkatkan daya saing kawasan ini.
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kotawaringin Barat, Yudhi Hudayat mengungkapkan bahwa pencapaian status “Mandiri” ini merupakan hasil dari kerja keras semua pihak, baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, hingga masyarakat.
“Status mandiri dengan kategori berdaya saing tinggi menunjukkan bahwa kawasan ini sudah berada di jalur yang tepat dalam mencapai kemandirian ekonomi dan sosial. Ini adalah langkah besar menuju desa yang benar-benar berdaya,” ujarnya, Rabu (18/9).
Dimensi Pengukuran IPKP: Pilar Utama Kemajuan Desa
Pengukuran IPKP dilakukan berdasarkan beberapa dimensi utama, yaitu ekonomi, sosial budaya, lingkungan, jaringan sarana prasarana, dan kelembagaan. Kawasan Wisata Agro-Mina Wisata menunjukkan kemajuan pesat di hampir semua dimensi tersebut. Dari segi ekonomi, kawasan ini berhasil memberdayakan masyarakat setempat melalui program-program BUMDes yang mengoptimalkan potensi pertanian dan perikanan. Konektivitas antar desa yang semakin baik juga mendorong percepatan mobilitas barang dan jasa, sehingga memperkuat perekonomian kawasan.
Namun, tantangan masih ada, terutama di beberapa desa sekitar seperti Desa Sabuai dan Sungai Bakau yang statusnya masih “Maju”. Meskipun terjadi peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya, desa-desa ini masih memerlukan intervensi lebih lanjut untuk mencapai kategori “Mandiri”. Dalam hal ini, pemerintah daerah berkomitmen untuk terus mendukung desa-desa tersebut melalui berbagai program strategis, baik dari sisi pembangunan infrastruktur maupun pemberdayaan ekonomi.
Program Pengembangan: Fokus pada Infrastruktur dan Kemandirian Ekonomi
Dalam rapat konsolidasi yang digelar oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, sejumlah usulan program pengembangan kawasan perdesaan di Kotawaringin Barat telah diputuskan. Beberapa program prioritas yang akan didorong antara lain:
1. Pembangunan Akses Jalan Antar Desa
Pembangunan jalan penghubung antar desa di kawasan Wisata Agro-Mina Wisata menjadi salah satu program prioritas. Akses jalan yang memadai diharapkan dapat mempercepat mobilitas ekonomi, memperlancar distribusi hasil pertanian dan perikanan, serta membuka peluang lebih luas bagi sektor pariwisata.
2. Pengembangan Sarana Wisata
Untuk mendukung potensi wisata kawasan ini, pemerintah merencanakan penyediaan sarana wisata seperti spot-spot foto instagramable dan fasilitas penginapan sederhana. Pengembangan pariwisata berbasis alam ini diharapkan dapat menarik lebih banyak wisatawan, baik lokal maupun mancanegara, sekaligus meningkatkan pendapatan daerah.
3. Pembangunan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Terpadu
Sebagai kawasan yang juga mengandalkan sektor perikanan tangkap, pembangunan TPI terpadu menjadi salah satu fokus utama. TPI ini akan menjadi pusat aktivitas perikanan yang tidak hanya melayani penjualan ikan tangkap, tetapi juga menjadi pusat pengolahan hasil laut, sehingga dapat memberikan nilai tambah ekonomi bagi masyarakat setempat.
4. Dukungan untuk BUMDes dan BUMDesma
Peningkatan peran Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dan Badan Usaha Milik Antar Desa (BUMDesma) sangat krusial untuk memastikan ekonomi desa terus bergerak. Pemerintah akan memberikan dukungan operasional yang lebih kuat bagi BUMDes untuk mengembangkan usaha-usaha lokal, seperti produk olahan hasil pertanian dan perikanan, serta wisata desa.
Peran Pemerintah Daerah: Intervensi Lokal untuk Pembangunan Berkelanjutan
Selain program-program dari pemerintah pusat, pemerintah daerah juga berencana memberikan sentuhan lokal dalam pengembangan kawasan ini. Beberapa langkah yang akan diambil oleh Pemkab Kotawaringin Barat melalui APBD antara lain:
Penataan spot wisata di Pantai Kubu, salah satu destinasi wisata unggulan di kawasan ini.
Rehabilitasi sarana wisata untuk menarik lebih banyak pengunjung.
Pemasangan koneksi internet di desa-desa yang terhubung dengan kawasan wisata, guna meningkatkan akses informasi dan komunikasi bagi masyarakat serta pengunjung.
“Intervensi pemerintah daerah sangat penting untuk memastikan kawasan ini tidak hanya tumbuh secara ekonomi, tetapi juga menjadi destinasi wisata unggulan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan,” tambah Yudhi Hudaya.
Rekomendasi Pembangunan Berkelanjutan: Sinergi untuk Masa Depan Desa Mandiri
Meskipun Kawasan Wisata Agro-Mina Wisata sudah mencapai status “Mandiri” dengan kategori berdaya saing tinggi, pembangunan yang berkelanjutan masih menjadi tantangan ke depan. Rapat konsolidasi juga menghasilkan beberapa rekomendasi strategis, seperti:
Peningkatan kapasitas BUMDes dan BUMDesma untuk mengembangkan komoditas unggulan lokal dan memperluas kerja sama antar kawasan.
Penguatan peran CSR (Corporate Social Responsibility) dalam mendukung pembangunan desa, melalui kebijakan daerah yang lebih efektif dan inklusif.
Pendidikan budaya lokal yang diintegrasikan dalam pendidikan formal dan non-formal guna menjaga identitas sosial budaya desa.
Pendampingan usaha ramah lingkungan, terutama untuk UMKM yang mengelola limbah dan memanfaatkan potensi alam secara berkelanjutan.
Kotawaringin Barat Sebagai Model Desa Mandiri Nasional
Dengan pencapaian ini, Kotawaringin Barat berpotensi menjadi model percontohan dalam pengembangan desa mandiri di Indonesia. Kawasan Wisata Agro-Mina Wisata bukan hanya fokus pada pengembangan infrastruktur fisik, tetapi juga pada peningkatan kapasitas kelembagaan, ekonomi, serta pelestarian budaya dan lingkungan.
“Mewujudkan desa yang mandiri adalah tanggung jawab bersama. Sinergi antara pemerintah pusat, daerah, dan masyarakat menjadi kunci utama dalam menciptakan kawasan perdesaan yang benar-benar sejahtera dan berkelanjutan,” tutup Yudhi.
Harapannya, pencapaian status “Mandiri” ini tidak hanya menjadi simbol prestasi, tetapi juga langkah awal menuju pengembangan desa yang mampu berdiri di atas kaki sendiri, membawa kesejahteraan bagi masyarakat, dan menjadi inspirasi bagi kawasan perdesaan lainnya di Indonesia.
Penulis : Yusro
Editor : Maulana Kawit