INTIMNEWS.COM, PANGKALAN BUN – Kucing merupakan salah satu hewan lucu yang kerap menjadi peliharaan sebagian orang. Tak jarang, hewan ini berdampingan hidup dengan manusia.
Adalah, Dewi (30), seorang ibu rumah tangga yang tinggal bersama lebih dari 50 ekor kucing yang ada di rumahnya.
Media ini berkesempatan mendatangi rumah milik Dewi yang beralamat di Jalan Natai Arahan RT 24 Kelurahan Baru Kecamatan Arut Selatan Kabupaten Kotawaringin Barat, Kamis (20/4/2023).
Rumah Kucing tersebut kini mulai banyak diperbincangkan sebagai tempat penampungan kucing terlantar atau yang ditinggal pemiliknya karena tak sanggup merawat.
Di balik itu semua ada jerih payah dan keringat dalam membuka penampungan atau shelter kucing yang sarat edukasi ini.
Dalam kesempatan media ini mendatangi rumah ibu Dewi dengan 50 kucing yang ada. “Silahkan masuk, Mas,” sahut pemilik rumah didampingi dua anaknya.
Sejumlah kucing pun lantas menghampiri dan suara meong terdengar bersahutan tanda menyambut orang asing.
Kondisi di rumah itu benar-benar berbeda, bersih, jauh dari kata bau. Kucing-kucing itu bebas berkeliaran keluar masuk kamar.
Kucing lokal dan ras yang biasa terlihat di jalanan kini hidup berdampingan dalam satu atap dengan keluarga Dewi.
Sedangkan alat perawatan juga cukup lengkap, seperti kandang, wadah makan, pasir untuk pup, obat P3K, pakan kucing, sampo serta scratcher atau tempat buat menggaruk kuku.
Maklum, ada sang suami yang ikut membersihkan rumah dan merawat semua kucing-kucing itu, termasuk anaknya sendiri.
Awal mula punya ide seperti ini berawal saat Dewi melihat seekor kucing malang yang terbakar mobil dan mengeluarkan darah hingga matanya mau lepas.
Dari situ lanjut Dewi berkeinginan merawat kucing malang tersebut dan dirawat hingga sembuh dan sehat kembali.
Lanjut Dewi, banyaknya kucing-kucing liar yang sakit ia bawa pulang dan dirawat, dari situlah kami yang awalnya hanya ngobrol iseng di grup WhatsApp membentuk rumah kucing.
Idenya sangat bagus, namun ujung-ujungnya saya sendiri yang merawatnya, untungnya suami saya juga penyayang Binatang, dan ide tersebut berjalan kurang lebih lima tahun ini, terang Dewi.
Saat ditanya apakah ada perhatian dari Pemerintah daerah, Dewi menjawab saat ini belum, cuma kami dibantu dokter hewan, kalau ada kucing yang sakit dokter tersebut yang menangani.
Dewi dan suaminya berencana memperluas halaman buat kucing-kucing ini, namun masih terkendala biaya, ya untuk saat ini kami rawat seadanya dulu.
Rencananya sih kalau ada tanah. Nantinya, kata Dewi, tanah itu akan dijadikan tempat pemakaman kucing yang mati karena umur dan penyakit.
“Nyawa ya mereka membawa diri masing-masing tergantung kekuatan daya tahan tubuhnya, jadi normal usia biasanya 20 tahun paling lama dan ada kucing di sini bertahan 17 tahun itu mati karena tua,” ucapnya.
Selain itu, jumlah kucing yang terus bertambah sedangkan untuk biaya makan dan perawatan lumayan cukup besar.
Sehingga, sebut Dewi, dalam sehari ia harus mengeluarkan biaya sekitar ratusan ribu.
Untuk merawat semua kucing tersebut, suami Dewi, mau tak mau harus membuka usaha kecil-kecilan berupa pakan kucing dan juga gaji dari suaminya kerja di Bandara.
Penulis: Yusro
Editor: Andrian