Oleh: Sahabudin Letsoin
Saya turut mengamati PB HMI era almarhum Bang Mulyadi, dualismenya Ketum Sadam dan Pj Arya, dan terakhir Ketum Raihan. Secara pribadi, saya lebih dekat dengan Ketum Raihan. Saya juga kerapkali berdiskusi panjang dengannya, obrolan bergizi. Namun saya tetap melayangkan kritikan yang keras apabila PB HMI tanpa sikap terhadap persoalan bangsa, dan PB HMI bekerja tak semestinya menurut saya. Apapun yang terjadi, PB HMI beberapa zaman belakangan tetap menunjukkan aura optimisme.
Jujur saja, sebagai seorang kader yang sudah aktif ber-HMI sekitar 8 tahun lamanya, kepengurusan PB HMI periode 2024-2026 yang agak membuat saya geleng-geleng kepala di awal ini. Pasalnya, hal-hal perdana yang diaktualisasikan “di luar nurul dan fikri”. Tetapi saya tetap optimis, barangkali PB HMI masih beradaptasi.
Pertama mengenai Surat Keputusan (SK) tentang kepengurusan. Sikap Ketua Umum PB HMI menunjukkan adanya hal-hal yang belum selesai, yang tak kasat mata. Sorotan pada situasi itu datang dari Menteri Pemuda dan Olahraga, Mas Dito. Kemudian Bang Yohan, keterwakilan MN KAHMI pun mengungkapkan harapan yang sama, mengenai nasib SK yang masih ditarik ke sana-sini.
Lanjut lagi berhubungan dengan SK, bagian yang mencengangkan, pengurus Cabang aktif, bahkan Ketum dan Sekum beberapa Cabang diakomodir masuk ke struktural PB HMI. Lalu kita bertanya-tanya, ini salah siapa? Ketum PB kah? Kepala gerbong? Atau personal masing-masing orang itu yang mulai haus akan strata yang lebih tinggi?.
Apapun jawabannya, muncul lagi tanda tanya. Di manakah etisnya skema tersebut dimainkan?.
Pengurus inti Cabang (KSB) punya tanggung jawab penuh menyiapkan Lpj dan melaksanakan Konfercab atau Muscab. Bukan malah meninggalkan semi tanggung jawab pengurus yang lain.
Kontroversial pun datang dari dualisme SK yang berlaku dalam waktu yang bersamaan. Dengan dilantik sebagai pengurus PB, apakah langsung menggugurkan SK Cabang? Tidak juga. HMI adalah organisasi yang administratif, semua mekanisme telah diatur. Di mana etika terhadap Konstitusi HMI? Kader sejati pasti menunggu sampai masa jabatan selesai, pleno, reshuffle pengurus. Aku jadi teringat sepenggal lirik lagu, ya “tabrak-tabrak masuk”.
Kedua, beredar sebuah pamflet yang menyebarkan informasi mengenai agenda PB HMI (semoga hanya kegiatan pembuka) di Milad ke-77 ini, yakni khatam Quran dan santunan anak yatim. Tutur seorang kawan “ini agenda komisariat kata gua mah”. Ditambah lagi logo milad yang tiba-tiba saja muncul, tanpa sosialisasi, atau sayembara seperti sebelumnya. Logo tersebut mendapatkan banyak komentar miring dari para kader. Apa boleh dibuat, itu adalah pelajaran berharga untuk perayaan ulang tahun HMI ke depan.
Terakhir, di pamflet yang sama, yang berisikan agenda ecek-ecek PB HMI, sorotan mata para kader tertuju pada muts (peci) HMI yang dikenakan Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal. Pasalnya, mereka mengenakan muts tidak sesuai pedoman. Atribut memang ihwal sederhana, namun esensial dan filosofis, benar-benar harus diperhatikan. Ini adalah sebuah sinyal, di awal ini, PB HMI dijalankan secara amatir. Tetapi sekali lagi saya optimis, seraya menunggu roda PB HMI dijalankan secara profesional.