INTIMNEWS.COM, SAMPIT – Kepala Teknis Operasional Keamanan dan Pelayanan Darurat (TOKD) Bandara H Asan Sampit, Harianto berbicara soal risiko awan CB bagi penerbangan. Kata dia, awan jenis ini cukup dahsyat namun belum ditemukan di Kotim.
Harianto mengatakan, awan CB memiliki sifat berada di ketinggian rendah. Awan ini punya gumpalan sangat besar dan umumnya berwarna gelap.
“Awan CB dianggap berbahaya karena mengandung arus listrik disertai golakan udara sangat dahsyat. Di dalam awannya sendiri dapat terjadi badai yang sangat hebat,” kata Kepala TOKD Bandara H Asan Sampit Harianto, Kamis (21/1/2021).
Ia menjelaskan, kebanyakan pilot penerbangan memilih untuk menghindari awan tersebut atau menaikkan ketinggian. Karena meski ada model pesawat yang bisa menembus awan tersebut, kata Harianto, demi keselamatan penumpang lebih baik menghindari awan tersebut untuk berjaga-jaga.
“Tapi tetap melihat trafic, karena bukan cuma satu pesawat yang memakai jalur penerbangan tersebut,” katanya.
Kebanyakan jenis pesawat yang terbang ke Kotim yakni Boing 737 500 dan HTR 72 600. Di mana keamanan pesawat tidak berpengaruh pada pesawat baru ataupun tidak.
Dari informasi yang dihimpun kepala TOKD juga menjelaskan ada pesawat baru yang terbang dan sudah jatuh. Karena pesawatnya didesain 45 tahun batas ketahanan rangkanya.
Di Kotim sendiri belum pernah ada gangguan dari awan CB. Penundaan penerbangan memang pernah ada, namun penundaan belum pernah terjadi karena awan CB.
Karena di Kotim kalaupun ada CB tidak setebal awan CB yang di bawahnya ada lautan.
“Kebanyakan karena masalah teknis, di Januari ini ada penundaan penerbangan hanya satu kali. Pertama karena spare part sulit dicari. Kedua karena cuaca ekstrem sejak 2020. Sehingga pihak pilot juga tidak mau mengambil risiko,” bebernya.
Lebih lanjut dijelaskannya, saat take off dan landing pesawat adalah masa kritis, karena daya cepat dan beratnya paling maksimal. Kalau hujan deras tidak masalah, asal jarak pandang masih bisa terlihat dan navigasi masih bisa, namun kalau awan dihindari.
“Penundaan penerbangan di Januari sempat terjadi, dimana pesawatnya kembali ke Surabaya lagi karena cuaca gelap,” tutupnya. (Adrianus)