INTIMNEWS.COM, PANGKALAN BUN – Kurang lebih 17.000 wisatawan berkunjung ke Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP). Berdasarkan catatan Balai TNTP pada akhir September 2022, hampir 65-70 persen di antaranya merupakan wisatawan asing.
Kepala Balai TNTP Pangkalan Bun Murlan Dameria Pane menuturkan, ada peningkatan jumlah kunjungan ke taman nasional seiring adanya pelonggaran oleh pemerintah paska melandainya kasus COVID-19.
“Total semuanya kurang lebih 17 ribu. Yang paling banyak itu wisatawan dari Spanyol sekitar 4.800 orang. Sampai dengan Agustus-September sekitar 70 persen asing, sisanya wisatawan domestik,” ungkap Murlan, Senin 3 Oktober 2022.
Selain wisatawan asal negara Spanyol lanjut Murlan, turis asing yang cukup banyak berkunjung ke TNTP berturut-turut dari Jerman, Amerika Serikat, Australia dan sejumlah negara Eropa dan Asia.
Murlan menerangkan TNTP sejatinya merupakan wilayah hutan konservasi. Meski begitu terdapat tiga lokasi yang boleh dikunjungi turis di antaranya Camp Leakey, Pondok Tanggui dan Tanjung Harapan.
“Jadi masing-masing camp itu ada kuotanya (pembatasan) dan berbeda-beda tergantung dengan daya dukung lokasi. Tanjung Harapan 170 orang per hari, Pondok Tanggui 100 orang per hari dan Camp Leakey 250 orang per hari,” terangnya.
Lebih lanjut Kepala Balai TNTP mengutarakan, pembatasan tersebut dilakukan untuk memastikan aktivitas wisata tidak terlalu memberikan dampak negatif terhadap satwa yang berada di wilayah konservasi.
“Dengan adanya kuota aktivitas wisata tidak memberikan negatif terhadap sumber daya alam. Istilahnya satwa tidak lagi merasa terganggu dengan banyaknya orang yang berkunjung. Jadi lebih mudah dilihat, pengunjung pun lebih nyaman,” ucap Murlan.
Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP) ini merupakan tempat di mana siapa saja bisa bertemu langsung dengan Orangutan, sang penguasa hutan. Bukan cuma itu, tapi juga akan menikmati panorama di sepanjang Sungai Sekonyer yang masih Alami.
Wisatawan juga bisa melihat monyet-monyet bergelantungan dengan bebas dari atas klotok, Bekantan tanpa malu-malu menunjukan bulunya yang berwarna keemasan, menikmati sajian dari kunang-kunang yang hinggap di pohon di malam hari, bahkan melihat buaya yang sedang berjemur di tepi sungai. (Yus)
Editor: Irga Fachreza