INTIMNEWS.COM, KASONGAN – Kasus Covid-19 di Kabupaten Katingan bertambah 5 orang, sedangkan pasien yang sembuh tidak mengalami penambahan, sehingga jumlah total pasien dalam perawatan sebanyak 9 orang.
Kasus Covid-19 sebelumnya sempat melandai hingga angka nol, tren kenaikan ini terjadi beberapa hari ini dengan total kasus terkonfirmasi positif Covid-19 per tanggal 21 Juli 2022 sebanyak 2.393 orang, dengan jumlah pasien yang sembuh sebanyak 2.315 pasien. Sedangkan jumlah pasien yang meninggal dunia sebanyak 69 pasien.
“Ini bukan varian baru, masih virus covid yang lama/delta, adanya penambahan kasus terkonfirmasi karena covid memang masih ada, selain itu juga akibat kemunduran penerapan prokes juga menjadi salah satu penyebab kita bisa terserang meski kita sudah di Vaksin,” ucapnya. Kamis, 21 Juli 2022.
Dia meminta masyarakat bisa segera beristirahat di rumah dan periksakan diri ke dokter apabila kurang sehat maupun mengalami gejala COVID-19.
Dan bagi yang belum vaksinasi, diharapkan segera mendapatkan dosis ke-3 untuk semakin meningkatkan kekebalan komunitas. “Virus masih ada di sekitar kita. Ingat disiplin terapkan protokol kesehatan,” tuturnya.
Dia juga mengakui perubahan iklim yang terjadi beberapa hari ini disebut dapat mempengaruhi penyebaran virus.
“Diduga pengaruh iklim ekstrim hujan/panas bisa berdampak untuk perkembangan virus covid sebagaimana virus-virus lainnya. Ayo kembali hidup dengan tatanan new normal dengan prokesnya dilaksanakan dengan baik,” jelasnya.
Diketahui sebuah studi memperkirakan perubahan iklim bisa memicu pandemi baru dalam beberapa dekade ke depan.
Studi dilakukan Universitas Georgetown, Universitas Connecticut, Pacific Lutheran University, Universitas Cape Town, dan EcoHealth Alliance. Peneliti memperkirakan perubahan iklim dapat menyebabkan setidaknya 15 ribu mutasi virus dari spesies makhluk hidup.
Dalam makalah yang dipublikasikan di jurnal Nature, lompatan mutasi virus ini dapat menumbuhkan risiko pandemi yang membahayakan manusia. Fenomena transmisi patogen dari hewan ke manusia ini dikenal dengan istilah zoonotic spillover.
“Seiring perubahan dunia, wajah penyakit juga akan berubah,” kata salah seorang peneliti yakni Gregory Albery, pakar ekologi penyakit dari Universitas Georgetown, Amerika Serikat seperti ditulis pada Rabu (11/5).
Perubahan iklim dapat menyebabkan peningkatan suhu planet, dan memaksa hewan pindah ke daerah baru yang memiliki kondisi lebih baik.
Namun hewan-hewan tersebut berpotensi membawa parasit dan patogen serta menyebarkannya pada spesies baru. Dalam makalah yang ditulis Albery dan rekan-rekannya, tindakan drastis untuk mengatasi pemanasan global yang dilakukan sekarang ini belum cukup untuk menghentikan risiko zoonotic spillover. Setidaknya, ada 10.000 jenis virus yang ada dalam populasi hewan liar dan secara diam-diam dapat menginfeksi manusia.
Meski hingga saat ini infeksi silang antara hewan dan manusia jarang terjadi, namun hancurnya habitat hewan secara masif untuk pertanian dan ekspansi perkotaan meningkatkan kontak manusia dengan hewan yang terinfeksi.
Contoh penularan penyakit dari hewan ke manusia yang sudah terjadi adalah pandemi Covid-19 yang diduga akibat perpindahan virus dari kelelawar. Hewan ini juga diperkirakan sudah menyebarkan 3.200 jenis virus Corona di antara populasi kelelawar lainnya.
Adapun penelitian ini menyebutkan bahwa sebagian besar risiko penyebaran penyakit ini ditemukan pada daerah dataran tinggi di Afrika dan Asia. Meski begitu, kurangnya pemantauan akan mempersulit peneliti untuk melacak perkembangan virus tertentu.
(Maulana Kawit)