INTIMNEWS.COM, PALANGKA RAYA – Bulan suci Ramadan merupakan momentum untuk kita berlomba-lomba dalam kebaikan. Begitu banyak kegiatan kebaikan yang bisa kita lakukan pada bulan Ramadan seperti salat berjamaah, buka puasa bersama, tarawih, sahur bersama dan banyak kegiatan positif lainnya. Ada hal yang selalu dilakukan juga yang menjadi khas masyarakat Indonesia yaitu Mudik.
Biasanya menjelang lebaran yang tinggal menghitung hari tradisi mudik bagi perantau yang ada di luar kota sudah seperti kewajiban yang setiap tahun dilaksanakan. Indah dan mewahnya kehidupan di Kota, namun tatap saja yang paling dirindukan adalah kampung halaman tercinta.
Secara antropologis, menurut Heddy, konsep mudik erat dengan masyarakat Melayu yang memiliki budaya merantau ke suatu daerah dan kemudian akan pulang di suatu waktu. Masyarakat Melayu juga pada zaman dahulu kerap pergi ke hilir sungai dengan perahu dan kembali ke hulu pada saat hari sudah gelap.
Khususnya di Indonesia yang mayoritas masyarakatnya yang tinggal di kota-kota besar ketika mendekati lebaran mereka akan pulang kekampung halaman masing-masing.
Ketika menjelang lebaran masyarakat berbondong-bondong menyibukkan diri dengan persiapan mudik, ada yang memesan tiket pesawat, tiket kapal laut, travel, bus dan bahkan ada yang memakai tranportasi pribadi. Bukan hanya hanya itu, banyak juga masyarakat yang sibuk untuk membeli pakaian lebaran dan oleh-oleh untuk keluarga di kampung halaman tercinta.
Ada beberapa alasan yang membuat hati masyarakat tergerak untuk pulang kekampung halaman ketika menjelang lebaran yaitu, rindu kepada keluarga, rindu kampung halaman, ziarah ke makam keluarga, rindu ketupat olahan ibu, ingin mempererat silaturahmi, rindu shalat Ied bareng keluarga dan sebagainya.
Namun, apapun alasannya yang menjadi tujuan utama adalah untuk melepaskan kerinduan yang selama ini terpendam. Kampung halaman seolah-olah menjadi penawar lelah dan rindu ketika jauh dari kampung halaman dan menjadi perantau di tanah orang.
Jadi, mudik menjadi suatu tradisi yang tidak hanya untuk melepas kerinduan dan mempererat silaturahmi tetapi juga sudah menjadi keanekaragaman budaya Indonesia. (**)
Editor: Irga Fachreza