INTIMNEWS.COM, SAMPIT – Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) menggelar sosialisasi kerukunan umat beragama kepada oraganisi pemuda keagamaan di daerah setempat. Hal ini dilakukan sebagai upaya meningkatkan kerukunan antarumat beragama.
Kepala Kesbangpol Kotim, Sanggul Lumban Gaol mengatakan kegiatan sosialisasi ini penting dilakukan untuk merawat kerukunan umat beragama, khususnya di kalangan pemuda yang ada di Kotim.
“Sosialisasi ini bagian dari implementasi program Bupati Kotim untuk merawat toleransi beragama di Kabupaten Kotim untuk pahami,” kata Sanggul Lumban Gaol, Selasa 15 November 2022.
Menurutnya, merawat kerukunan beragama di daerah dibutuhkan peran aktif kalangan pemuda. Hal ini kata dia, karena pemuda merupakan elemen yang bersinggungan langsung dengan masyarakat.
“Merawat kerukunan harus dimulai dari kalangan pemuda, terutama oragnisasi kepemudaan yang punya andil untuk merawat kebersamaan ini,” lanjutnya.
Dia menambahkan, penting untuk terus merajut dan memelihara kerukunan umat beragama karena sikap fanatisme yang sempit yang menjurus kepada intoleransi beragama yang harus dihindari. Sebaliknya harus mengembangkan sikap moderasi beragama yang mengutamakan sikap saling menghormati, saling menghargai dan saling membutuhkan sebagai sesama anak bangsa.
“Melalui kegiatan ini diharapkan peserta memperoleh pengalaman dan pengetahuan tentang kerukunan dan dapat menggali aspirasi atau informasi, sehingga bisa dicapai kerukunan antarumat beragama di Kecamatan Kumai,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Kemenag Kotim, Khairil Anwar menjelaskan, untuk bersikap toleransi dibutuhkan pemahaman agama yang benar. Dalam hal ini sikap moderasi harus dipahami untuk menghindari perilaku radakalisme.
“Saya berharap kita berkolaborasi untuk mencegah munculnya pemikiran intoleransi terhadap agama. Toleransi tidak akan lahir tanpa moderasi,” ungkap Khairil Anwar saat menjadi pembicara.
Menurutnya, pemahaman agama yang benar harus dibekali sejak dini bukan di kalangan muda. Peran pemerintah untuk mengawal dan mengontrol melalui pendidikan sejak dini, membekali dan memberikan pemahaman secara sederhana.
“Radikalisme agama, intoleransi karena minimnya pemahaman agama yang benar di kalangan masyarakat,” pungkasnya.
Sosialisasi ini dihadiri perwakilan pemuda lintas agama seperti pemuda Kristen Protestan dari KPRP Resor Sampit, pemuda Budha dari Keluarga Budhayana Indonesia, pemuda Hindu dari Majelis Daerah Agama Hindu Kaharingan, pemuda Islam, tokoh agama tokoh masyarakat. (**)
Editor: Irga Fachreza