INTIMNEWS.COM – Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) resmi dideklarasikan oleh sejumlah tokoh nasional di Tugu Proklamasi Jakarta, Selasa (18/8) pagi. Deklarasi itu tampak riuh dan dihadiri penuh sesak oleh pendukung KAMI.
KAMI sendiri hadir diklaim oleh para deklaratornya sebagai bentuk keresahan mereka atas kondisi negara Indonesia saat ini yang dinilai telah melenceng.
Berikut tokoh-tokoh yang ikut mendeklarasikan KAMI:
Din Syamsudin
Din Syamsudin merupakan Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, kini Din menjabat Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Din sejak awal memang aktif mengkritik pemerintah. Dalam deklarasi pagi tadi, Din menyebut Indonesia seperti kapal besar, namun ada kelompok tertentu yang ingin merusak kapal tersebut.
“Keadaan ini sama dengan yang dihadapi bangsa Indonesia, betul? Bangsa Indonesia tengah menghadapi masalah besar. Telah terjadi kerusakan kerusakan sebagaimana yang kami nyatakan dalam maklumat menyelamatkan Indonesia tadi,” kata Din di lokasi.
Gatot Nurmantyo
Mantan Panglima TNI Jenderal (Purnawirawan) Gatot Nurmantyo turut memberikan pidato politik dalam deklarasi KAMI. Berbagai persoalan bangsa dikuliti oleh Gatot, mulai dari penanganan corona, oligarki, ekonomi, hingga persoalan Sumber Daya Alam Indonesia.
Salah satu petikan pidato Gatot, dia mengusulkan sebuah opsi untuk menghadapi krisis yang terjadi saat ini. Usulan Gatot adalah pembentukan e-rupiah.
“Kita sadari mencetak uang akan memakan nilai rupiah, menambah utang akan menambah beban fiskal karena bunga dan cicilan. Bagaimana caranya tanpa menambah uang dan utang kita bisa hidup, mampu membiayai stimulus ekonomi negeri? Yaitu saran dari kami, perlu didiskusikan pemerintah menerbitkan e-rupiah hanya bisa transaksi antar e-rupiah,” papar Gatot.
Dia juga menyebut soal dugaan kaitan antara senjata biologis massal dan wabah corona yang saat ini melanda dunia, termasuk Indonesia.
Prof Rochmad Wahab
Rochmad Wahab diklaim sebagai perwakilan Nahdlatul Ulama (NU) di KAMI. Dia kini menjabat sebagai Ketua Komite Khittah NU.
Rochmad dalam penggalan sambutannya menuturkan bahwa kehadiran mereka membentuk KAMI bukan untuk show of force, tetapi mewakili tanggung jawab moral rakyat.
“Pihak yang kita harapkan mewakili hati nurani kita, ternyata hari ini kita hopeless, kita tidak ingin Indonesia ini jatuh ke tempat yang serendah rendahnya. Sebagaimana Allah sebutkan, kita dijadikan hamba yang paling sempurna tetapi ingat pada saatnya kita akan jatuh ke tempat yang paling rendah kecuali orang beriman dan beramal soleh,” kata Rochmad.
MS Kaban
MS Kaban merupakan politikus senior Partai Bulan Bintang. MS Kaban juga pernah menjabat sebagai Menteri Kehutanan di Kabinet Indonesia Bersatu di era SBY.
Kaban juga sejak awal aktif mengkritik pemerintahan Jokowi. Pada Pilpres 2014 dia berada di barisan pendukung Prabowo, pun begitu juga saat Pilpres 2019 lalu. Inilah yang menyebabkan MS Kabar berkonflik dengan Yusril Ihza Mahendra di PBB. Karena belakangan di Pilpres 2019, PBB Kubu Yusril mendukung Jokowi.
Ichsanuddin Noorsy
Ekonom Ichsanuddin Noorsy juga hadir dalam deklarasi KAMI. Dia dikenal sebagai ekonom yang banyak menyuarakan kritiknya kepada pemerintah dari sudut pandang ekonomi.
Pada Pilpres 2019 lalu, Ichsanuddin juga masuk dalam struktur pemenangan Prabowo-Sandi sebagai tim pakar. Ia memang kerap tampil di berbagai media nasional sebagai pakar ekonomi.
Ahmad Yani
Mantan Politikus PPP Ahmad Yani juga turut hadir dalam deklarasi KAMI. Dia bahkan bertugas membacakan ‘jati diri KAMI’ dalam acara pagi tadi. Ahmad Yani kini telah berbaju Partai Bulan Bintang.
Dia pernah menjabat sebagai Anggota Komisi III DPR. Ahmad Yani pada Pilpres 2014 juga merupakan tim sukses Prabowo-Hatta. Latar belakang Ahmad Yani adalah advokat.
Rocky Gerung
Siapa yang tak kenal Rocky Gerung. Ia sudah lama dikenal sering mengkritik pemerintahan Jokowi dan koalisi parpol pendukungnya.
Lahir di Manado, 20 Januari 1959, Rocky menempuh pendidikan di Universitas Indonesia pada 1986. Ia lalu bekerja sebagai staf pengajar di Departemen Filsafat Fakultas Ilmu Budaya UI. Ia juga aktif menulis di berbagai media massa.
Pada 2007 Rocky mendirikan lembaga SETARA Institute. Lembaga ini berfokus pada isu-isu kesetaraan, HAM, dan keberagaman. Pria berkacamata ini juga menjadi peneliti di Perhimpunan Pendidikan Demokrasi (P2D).
Dari sekian banyak kritik yang dilontarkan Rocky, kritik terakhir yang ia sampaikan adalah soal campur tangan Jokowi dalam menyukseskan putranya, Gibran Rakabuming Raka di Pilwalkot Solo.
Ia menyebut yang terjadi di Solo merupakan praktik prostitusi politik.(int)