INTIMNEWS.COM, PANGKALAN BUN – Di tengah gegap gempita menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang semakin dekat, ternyata sebagian besar masyarakat di kalangan bawah, terutama pedagang kecil, lebih memilih untuk fokus pada urusan sehari-hari mereka.
Pilkada, bagi mereka tak ubahnya peristiwa lain yang mungkin tak memberi dampak langsung pada penghidupan mereka.
Bagi sebagian besar warga, khususnya para pedagang kecil di pasar, kehidupan tetap berputar seperti biasa.
Mereka lebih memilih bekerja keras dan mencari penghasilan guna memenuhi kebutuhan keluarga ketimbang terlibat langsung dalam hiruk-pikuk Pilkada.
Seperti yang diungkapkan ibu Ratna (43), seorang pedagang sayur di Pasar Induk Pangkalan Bun.
“Saya tidak terlalu memikirkan Pilkada. Setiap hari saya fokus jualan, begitu selesai ya pulang dan istirahat. Siapapun yang terpilih nanti, yang penting keamanan terjaga, kami bisa terus bekerja mencari nafkah,” ucap Ratna. Jumat 25 Oktober 2024.
Meski beberapa tim sukses dan relawan pasangan calon (paslon) kerap terlihat turun langsung ke tengah masyarakat, menyapa warga hingga ke gang-gang kecil atau pasar untuk menggalang dukungan, bagi para pedagang seperti Ibu Ratna, kunjungan tersebut hanya sekadar lalu-lalang.
“Ya, memang kadang ada yang datang, mengajak ngobrol tentang program-program calon yang mereka dukung. Tapi buat saya pribadi, kehidupan kami ini tak akan banyak berubah karena siapa pun yang terpilih, kami tetap akan mencari nafkah seperti biasa,” tambahnya sambil tersenyum.
Sebagai seorang pedagang yang setiap harinya bekerja sejak subuh hingga sore, prioritas mereka bukanlah politik atau pemilihan, melainkan pendapatan harian yang menjadi tumpuan keluarga.
Menurut Suparman (52), seorang pedagang ikan di pasar yang sama, pemilihan kepala daerah hanya akan berpengaruh signifikan bagi mereka jika ada perubahan yang konkret pada kondisi ekonomi lokal atau bantuan langsung yang dapat dirasakan masyarakat bawah.
“Kami hanya ingin hidup kami tetap aman dan damai. Soal siapa yang nanti duduk di kursi pemerintahan, yang penting mereka bisa menjaga kestabilan, itu saja sudah cukup buat kami.”
Pernyataan serupa juga datang dari pedagang lainnya, seperti Leni (45), penjual kebutuhan pokok di pasar tradisional, yang lebih memilih untuk menanti hasil Pilkada tanpa terlalu banyak berharap.
Menurutnya, Pilkada adalah bagian dari dinamika yang akan berlalu begitu saja bagi masyarakat kalangan bawah.
“Setiap hari, kami punya rutinitas. Pagi-pagi jualan, sore hari bersih-bersih dan pulang. Satu-satunya yang kami harapkan dari pemerintah adalah kondisi yang stabil, agar kami tetap bisa berjualan dengan aman,” ujarnya.
Bagi sebagian warga kecil ini, harapan mereka sederhana. Mereka ingin pemimpin yang dapat menjaga stabilitas, menyediakan lapangan pekerjaan, serta menjaga harga kebutuhan pokok tetap terjangkau.
Pilkada hanyalah sebuah momen yang akan datang dan pergi, sementara kehidupan mereka terus berputar di sekitar usaha untuk mencukupi kebutuhan keluarga.
Tentu saja, apa yang dirasakan oleh Ibu Ratna, Bapak Suparman, dan Ibu Leni ini mencerminkan suara banyak masyarakat kecil lainnya yang menganggap bahwa siapapun yang akan terpilih nanti, yang penting bagi mereka adalah ketenangan dan keberlanjutan hidup yang aman.
Sebagai masyarakat kecil, suara mereka tetap menjadi bagian penting dari demokrasi, meskipun mereka memilih untuk tetap fokus pada penghidupan sehari-hari.
Penulis : Yusro
Editor : Maulana Kawit