INTIMNEWS.COM, KASONGAN – Generasi muda dituntut untuk bisa melestarikan budaya daerah. Hal tersebut disampaikan Plt Asisten I Pemkab katingan, Deddy Ferras saat membuka kegiatan temu budaya (KBT ), Kamis 17 November 2022 di Aula Bappelitbang.
Menurut Deddy Ferras kegiatan temu budaya ini adalah sebagai bentuk mekanisme pelibatan masyarakat dalam memajukan kebudayaan dan cagar budaya. Hal ini kata dia, agar masyarakat dapat berperan aktif serta ikut serta dalam perlindungan, pengembangan, pembinaan, pemanfaatan, dan menjaga ekosistem kebudayaan dan cagar budaya daerah kabupaten Katingan.
“Budaya yang telah diwarisakan turun temurun perlu kita jaga dan pertahankan dan pelihara. Karena berpotensi besar untuk merajut tali persaudaraan ditengah keberagaman masyarakat yang memiliki sifat universitas atau umum. Berbagai kelompok masyarakat yang berbeda kebudayaannya,” ungkap Deddy Ferras.
Diketahui, kekayaan dan keanekaragaman budaya daerah Kabupaten Katingan ini sangat menarik perhatian berbagai pihak, khususnya para pemerhati budaya. Ironisnya, kata Deddy, banyak generasi muda yang tidak peduli, atau bahkan tidak mengenal sebagian dari budaya itu.
Generasi muda kata Deddy, cenderung lebih suka dengan kebudayaan asing. Jika tidak segera ditangani mungkin ke depannya budaya daerah akan hilang tak tersisa karena tidak ada generasi muda yang mau melestarikan warisan kebudayaan daerah tersebut.
“Untuk memacu pola pikir generasi muda agar lebih peduli akan budaya daerahnya. Lingkung adalah faktor yang paling kuat untuk merubah pola pikir seorangan, mulai dari lingkungan rumah, sekolah, dan sebagainya,” imbuhnya.
Deddy Ferras mengatrakan, sebagai generasi muda terutama remaja dan anak-anak agar lebih mencintai budaya daerahnya. Ini tambahnya, adalah solusi yang dapat dilakukan untuk tetap melastarikan kebudayaan.
“Memberikan ruang dan kesempatan bagi generasi muda untuk memperbaharui kebudaan daerahnya sehingga mereka akan mengenal dan mencintai budaya daerah, dengan hamparan agar generasi muda dapat melastarikan budaya daerah Katingan,” tutup. (**)
Editor: Irga Fachreza