INTIMNEWS.COM, PANGKALAN BUN – Jumlah lowongan dengan pencari kerja di Kotawaringin Barat ternyata tak sebanding. Kondisi ini berimbas pada tidak semua angkatan kerja bisa mendapatkan pekerjaan.
Hingga 16 Agustus 2021, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kota Kotawaringin Barat (Kobar) mencatat ada 8 ribu orang menganggur. Sementara, instansi yang melayani terkendala Pandemi Covid-19.
Hal ini disampaikan oleh Kepala Disnakertrans Kobar Hepy Kamis, ia menyebutkan saat ini tercatat kurang lebih ada sekitar 8 ribu warga Kobar yang masih menganggur.
“Sementara itu angkatan kerja yang ada di Kotawaringin Barat (Kobar) tercatat ada 170 ribu orang, sementara yang bekerja kurang lebihnya ada sekitar 160 ribu,” kata Hepy Kamis saat di Konfirmasi diruang kerjanya, Senin 16 Agustus 2021.
“Dari pemohon kartu kuning, Disnakertrans Kobar menyatakan lebih separuhnya yang terserap,” lanjut Hepy Kamis.
Artinya, masih banyak pencaker yang terdaftar di Kobar belum tersaring oleh perusahaan. Selisih jumlah tenaga yang dibutuhkan dengan tenaga kerja yang diterima juga cukup jauh, masih ada sisa dari tenaga yang dibutuhkan oleh perusahaan.
“Siapakah pengisi ribuan sisa tenaga kerja yang dibutuhkan ini? Padahal banyak pencaker yang rela menunggu, namun demikian karena ada Pandemi Covid-19 sehingga ada yang belum terakomodir,” ucapnya.
Lanjut Hepy Kamis, untuk mengikuti seleksi rekrutmen di masing-masing media center kawasan industri, ada beberapa jenis penyaringan tenaga kerja di perusahaan.
“Ada tenaga kerja mandiri, yaitu yang melamar sendiri, yang kedua ada Bursa Kerja Khusus yang saat ini ada di sekolah-sekolah, dan ada juga yang namanya tenaga kerja Antar Kerja antar Daerah (Akad) dimana perekrutannya dari daerah lain,” jelas Hepy Kamis.
Dalam proses seleksinya sendiri, pencaker resmi terdaftar dalam data Disnakertrans Kobar, tidak sedikit yang gugur dalam seleksi. Hal inilah yang menjadi penyebab banyaknya tenaga kerja yang direkrut melalui jalur lain selain jalur mandiri.
“Memang banyak sekarang lowongan kerja yang mensyaratkan fisik. Tapi kita coba carikan solusi dengan menyurati perusahaan untuk meringankan syarat fisik,” ujarnya.
Walaupun begitu, Hepy Kamis mengatakan, angka tersebut adalah angka yang dinamis, tidak bias dijadikan patokan. Hal ini bisa saja bertambah atau bahkan menurun dengan cepat.
“Ketidakpastian jumlah pengangguran di Kobar saat ini, dinilai sebagai akibat dari pertumbuhan ekonomi,” terang Hepy Kamis.
“Masih agak pelan kebangkitan ekonomi. Kita harapkan, nanti kedepan ada laporan perputaran yang cepat, lagipula angka ini dinamis, bisa saja minggu depan sudah berkurang,” imbuhnya.
Posisi Disnakertrans sendiri membuat lapangan usaha secara mandiri, ada beberapa lowongan di perusahaan namun terkendala seperti sekarang akibat Pandemi Covid-19.
Sementara itu perusahaan sendiri membutuhkan pekerja, misalkan dalam memanen buah sawit, sementara tenaga kerja yang ada di Kobar sendiri membutuhkan yang ada di Kantoran.
“Untuk masyarakat di Kobar sendiri minat bekerja sebagai pemanen sawit sangat susah, rata-rata masyarakat disini mencari lapangan pekerjaan yang di kantoran.” beber Hepy.
Sementara yang minat bekerja sebagai pemanen sendiri kebanyakan dari Jawa dan NTB, otomatis jumblah pengangguran semakin bertambah.
Kedepannya agar tenaga kerja kita yang belum terserap itu bisa diserap oleh perusahaan dengan kualifikasi yang mereka inginkan, bahkan kedepanya Disnakertrans dengan pihak perusahaan akan bekerjasama agar tersepakati kualitas pekerjaan apa yang mereka inginkan.
“Tinggal tugas kita yang akan melatihnya untuk memenuhi kualitas perusahaan itu sendiri, saat ini kita fokuskan di tenaga kerja mandiri,” pungkasnya. (Yus)